Sukses

Ekspansi Blue Bird ke Malaysia Terbentur Regulasi

Manajemen Blue Bird akan fokus melakukan ekspansi ke sejumlah daerah di Indonesia seiring pihaknya masih kesulitan ekspansi di luar negeri.

Liputan6.com, Jakarta - PT Pusaka Citra Djokosoetono, Blue Bird Group Holding mengakui kesulitan untuk mengepakkan sayap ke Malaysia, Philipina dan Thailand. Kendalanya karena terbentur regulasi setempat.

"Dulu pernah kajian ekspansi di Filiphina dan Malaysia tapi terbentur regulasi. Sedangkan kami belum ada rencana ekspansi ke Thailand walaupun pasarnya ada," ungkap Chairman Blue Bird Group Holding, Bayu P Djokosoetono di Jakarta, Selasa (25/3/2014).

Perseroan, kata Bendahara Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) ini, justru akan fokus pada ekspansi di pasar domestik. Blue Bird akan masuk ke sejumlah daerah di Tanah Air.

"Kami coba ke Malang, Yogyakarta, Lampung, Padang, Jabodetabek, Kalimantan, Sulawesi, Batam, Sumatera dan banyak lainnya. Itu ada yang kami tambah armadanya," tutur dia.

Bayu menyebut, perseroan bakal menambah sekitar 10 ribu armada taksi ke seluruh Indonesia tahun ini mengingat banyak daerah yang membutuhkan peningkatan transportasi, terutama taksi. Armada tersebut, lanjutnya, bukan hanya jenis sedan, tapi juga MVP untuk daerah-daerah wisata seperti Bali.

"Kami perkirakan kebutuhan pendanaan lebih dari Rp 2 triliun yang bakal dipenuhi dari penawaran saham perdana (Innitial Public Offering/IPO) dan penerbitan surat utang," ujar Bayu.

Meski tak menjelaskan secara lebih detail terkait rencana penerbitan surat utang dan progress listing, kata Bayu, pihaknya sedang berkoordinasi dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk merealisasikan rencana besar itu.

"Tanya ke OJK, kami memang berharap demikian (IPO). Tapi kami kan lihat apakah ini tepat juga karena perlu memperhatikan kondisi pasar. Yang jelas IPO bukan satu-satunya mekanisme pendanaan, ada pula surat utang," tukas Bayu.

Sebelumnya dikabarkan, kelompok usaha Blue Bird Group berambisi untuk memecahkan rekor penawaran umum saham perdana yang selama ini dipegang PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) selama tiga tahun terakhir.

Blue Bird menargetkan meraup dana segar sebesar US$ 450 juta pada proses penawaran saham perdana. Blue Bird bakal menggunakan jasa penjamin emisi efek antara lain Credit Suisse Group AG, UBS AG, dan PT Danareksa Sekuritas.

Perusahaan yang dimiliki keluarga Djokosoetono ini mengoperasikan 28.900 kendaraan, lebih banyak tiga kali lipat dari pesaingnya PT Express Transindo Utama. PT Express Transindo memiliki kapitalisasi pasar sekitar Rp 3,3 triliun atau setara US$ 297 juta. Blue Bird didirikan pada 1972 dengan 25 taksi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.