Sukses

Keuangan Seret, Mampukah Malaysia Airlines Bayar Asuransi MH370?

Demi menjaga kepercayaan masyarakat, jika memang harus ada uang santunan bagi korban, maka pembayaran tersebut harus dilakukan

Liputan6.com, Kuala Lumpur Setelah pencarian selama lebih dari dua pekan, Perdana Menteri Malaysia Najib Razak mengumumkan pesawat Malaysian Airlines MH370 telah hilang dan tenggelam di Samudera Hindia. Sebanyak 239 penumpang di dalam pesawat naas itu diasumsikan telah meninggal.

Dengan keluarnya pengumuman tersebut, Malaysian Airline System (MAS) diharapkan segera membayar dana santunan bagi keluarga penumpang yang ditinggalkan.

Ironisnya, sebelum MH370 dilaporkan hilang, MAS sebetulnya tengah bergelut melepaskan diri dari jeratan utang dan kerugian yang menimpanya.

"Demi menjaga kepercayaan masyarakat, jika memang harus ada uang santunan yang dibayarkan pada keluarga korban, maka pembayaran tersebut harus dilakukan secepat mungkin. Bagi Malaysian Airlines, ini merupakan salah satu cara untuk mempertahankan reputasinya," ungkap rekanan perusahaan hukum Norton Rose Fulbright di Singapura, Anna Tipping seperti dikutip dari Reuters, Rabu (26/3/2014), .

Sejauh ini memang belum ada prediksi seberapa besar asuransi yang akan dibayarkan untuk pesawat yang hilang. Namun anggota direksi perusahaan asuransi terbesar dunia Munich Re, Torsten Jeworrek mengatakan dana sebesar US$ 500 juta yang dilaporkan media tercatat terlalu tinggi.

Sementara Allianz, perusahaan terbesar di maskapai tersebut mengatakan pihaknya telah mulai membayar klaim saat pesawat Malaysian Airlines MH370 dikabarkan menghilang.

"Pada awalnya, MAS yang akan menanggung kerugian hilangnya pesawat sebagai maskapai yang menaunginya. Tapi setelah penyebab hilangnya pesawat berhasil diidentifikasi, maka kesalahan dan konsekuensi akan bergeser," ungkap Tipping.

Demi menjaga reputasi, MAS memang diimbau terlebih dulu bertanggung jawab atas apapun yang menimpa pesawat dan penumpang dalam perjalanan bisnsinya. Namun kondisi tersebut dapat mengerucut hingga ke pihak produsen pesawat jika memang kesalahan terletak pada mesin yang menjadi penyebab utama kecelakaan.

Hingga saat ini, pihak manajemen MAS menolak untuk mengomentari situasi keuangannya. CEO MAS Ahmad Jauhari Yayha mengatakan kondisi saat ini merupakan momen yang sangat menyakitkan bagi maskapai yang dipimpinnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini