Sukses

ADB Kucurkan Pinjaman Rp 3,9 Triliun Buat PLTP Sarulla

ADB mengucurkan pinjaman US$ 350 juta atau Rp 3,97 triliun untuk pembangunan PLTP Sarulla di Sumatera Utara.

Liputan6.com, Manila Asian Development Bank (ADB)  mengalokasikan dana pinjaman US$ 350 juta atau Rp 3,97 triliun (kurs: Rp 11.361/US$) untuk pembangunan pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) Sarulla berkapasitas 320 Megawatt (MW) di Sumatera Utara.

Seperti dikutip dari Xinhua, Senin (31/3/2014), di bawah paket pinjaman untuk proyek pembangunan PLTP Sarulla itu, ADB mengungkapkan dana sebesar US$ 250 juta berasal dari sumber modal biasa sementara US$ 80 juta lainnya dikucurkan ADB Clean Technology Fund. Sisa dana US$ 20 juta lainnya akan digelontorkan Canadian Climate Fund for Asia Private Sector.

Sejauh ini, proyek tersebut tercatat memerlukan total dana pinjaman sebesar US$ 1,17 miliar. Enam bank komersial lain juga akan menggulirkan dana pinjaman untuk proyek tersebut. Sementara ADB dan Japan Bank for International Cooperation bertindak sebagai bank penata dan pengelolaan pinjaman.

Sementara itu, Itochu Corp, Kyushu Electric Power Co, Ormat International, dan Medco Power Indonesia menjadi pendukung proyek tersebut.

Proyek ini akan dikembangkan dan dilaksanakan di bawah kontrak penjualan energi selama 30 tahun dengan PT. PLN (Persero), kontrak operasi bersama selama 30 tahun dengan Pertamina Geothermal Energy, dan jaminan berdurasi 20 tahun dari Departemen Keuangan RI.

ADB mengungkapkan dalam salah satu pernyataannya, kemampuan pendanannya memiliki peran penting dalam mendirikan pembangkit listrik panas bumi independen pertama di Indonesia dalam lebih 10 tahun.

Lembaga keuangan Asia tersebut juga menambahkan, dana tersebut merupakan pinjaman inovatif yang menjembatani kesenjangan pendanaan antara bank dan investor guna mengguna kelangsungan pembangunan PLTP Sarrulla.

Proyek pembangunan PLTP Sarulla diharapkan dapat menyediakan tenaga listrik yang bersih mengingat penyediaan kebutuhan listrik di Indonesia saat ini didominasi pembangkit berbahan bakar batu bara dan minyak. Setelah dirampungkan pada 2018, pembangkit itu juga diharapkan dapat mengurangi 1,3 juta ton emisi karbondioksida per tahun.

Saat ini, Indonesia menggunakan batu bara dan minyak untuk menghasilkan 65% pasokan listrik guna meningkatkan pertumbuhan ekonominya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini