Sukses

Buruh Gelar Demo saat May Day, Ini Reaksi Pengusaha

Pengusaha minta seharusnya pada perayaan May Daya dapat dimanfaatkan oleh buruh dengan cara yang lebih baik, bukan selalu berdemo.

Liputan6.com, Jakarta - Ratusan ribu buruh dari berbagai macam organisasi di wilayah Jabodetabek berencana melakukan aksi unjuk rasa sebagai bagian dari peringatan Hari Buruh Internasional atau May Day yang jatuh pada 1 Mei 2014.

Menanggapi rencana aksi ini, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Sofjan Wanandi menilai ini sebagai hal yang normal sebagai sebuah peringatan, terlebih lagi pada hari tersebut telah ditetapkan sebagai hari libur.

"Itu normatif saja, buat kita nggak ada apa-apa. Kan ini libur jadi macam-macam organisasi buruh mau demo. Jadi sebagai pengusaha karena dia (buruh) libur, kita nggak bisa apa-apa, kecuali kita ikut melihat saja," ujarnya saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Rabu (30/4/2014).

Namun, menurut Sofjan, seharusnya pada saat peringatan tersebut, dapat dimanfaatkan oleh buruh dengan cara yang lebih baik, bukan hanya selalu menggelar aksi unjuk rasa.

"Dulu buruh minta hari libur nasioanal saat hari buruh supaya mereka bisa peringati, sekarang sudah dikasih masih demo terus, kita juga tidak melarang," lanjutnya.

Sofjan juga meyakinin, agenda unjuk rasa yang diusung para buruh ini masih sama seperti aksi unjuk rasa sebelum-sebelumnya, yaitu meminta kenaikan upah serta penghapusan sistem alih daya. "Ya masih yang normatif saja, seperti tidak mau upah murah, kemudian tidak mau outsourcing," katanya.

Meski demikian, Sofjan juga berharap, sebelum melakukan aksi, para buruh ini juga harus memikirkan nasib masyatakat lain yang hingga saat ini belum memiliki pekerjaan atau masih bekerja di sektor informal.

"Kan masih banyak yang menganggur, Tetapi kalau mereka hanya teriak-teriak saja, kasian yang tidak bekerja. Karena pengusaha nanti tidak mau berinvestasi, kan kasian mereka, tidak ada kerjaan," jelasnya.

Selain itu, dia juga menghimbau para buruh ini untuk jangan selalu memikirkan kepentingkan sendiri, tetapi juga harus memikirkan perekonomian nasional dengan cara bekerja lebih produktif dan tidak hanya banyak menuntut.

"Mereka harus lebih produktif bekerja dan supaya kita bisa bersaing dengan barang-barang impor, jadi mereka searusnya introspeksi. Kita harus bersama-sama lagi membangun ekonomi nasional, kita sudah keteteran hadapi barang-barang impor. Mau demo lagi untuk apa? Nanti buruh sendiri malah tidak punya kerjaan kalau sudah bangkrut perusahaannya," tandasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.