Sukses

Ekonomi RI Tetap Melambat Sepanjang 2014

Kebijakan moneter ketat dan permintaan komoditas melemah membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia sulit mencapai 6% pada 2014.

Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah ekonom memproyeksikan, ekonomi Indonesia tetap lesu pada 2014. akan tetapi pertumbuhan ekonomi diharapkan kembali pulih pada kuartal IV 2014.

Dalam setahun terakhir, Indonesia mendapatkan tantangan dari dampak program pengurangan stimulus moneter (tapering) oleh bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve. Hal itu mendorong dana asing keluar dari emerging market. Indonesia pun diklasifikasikan menjadi salah satu perekonomian rapuh akibat tapering itu.

"Kami melihat sedikit harapan untuk perubahan akan segera terjadi," tutur Daniel Martin, Ekonom Capital Economics, seperti dikutip dari CNBC, Selasa (6/5/2014).

Ia menambahkan, kebijakan moneter ketat dengan permintaan komoditas melemah membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia sulit mencapai 6%. Bank Indonesia (BI) telah menaikkan suku bunga acuan sejak lima kali dari pertengahan 2013. Hal itu karena mata uang rupiah melemah sekitar 26% terhadap dolar AS pada 2013.

Namun Ekonom Senior Barclays Wai Ho Leong menuturkan, tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia cenderung bersifat sementara. Leong menambahkan, larangan ekspor bijih mineral yang dilaksanakan pada Januari yang dirancang untuk meningkatkan keuntungan dari sektor mineral berdampak kecil terhadap pertumbuhan Indonesia.

"Pengetatan moneter tentu memberikan kontribusi pelemahan, tetapi saya tidak yakin jika larangan ekspor mineral merupakan pendorong utama pertumbuhan," kata Leong.

Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan pertumbuhan ekonomi mencapai 5,2% pada kuartal I 2014. Realisasi pertumbuhan ekonomi itu di bawah harapan analis sekitar 5,6%. Pertumbuhan ekonomi itu paling lambat sejak kuartal III 2009.

Sementara itu, investasi tumbuh 14,6% pada kuartal I 2014. Realisasi investasi itu jauh lebih lambat dibandingkan pertumbuhan 27% pada kuartal I 2013.

Menurut Martin, investasi masih akan tetap lemah pada 2014. Hal itu menyusul tingkat bunga tinggi. Selain itu, berkurangnya harapan untuk reformasi politik menyusul kinerja buruk dari Joko Widodo dalam pemilihan parlemen juga menambah sentimen turun. Menteri Keuangan, Chatib Basri mengatakan, ekonomi melambat pada kuartal I 2014 hanya sementara.

"Jika Anda rekap pada Januari dan Februari Indonesia mengalami banjir terburuk. Itulah mengapa kami memiliki ekspor dan impor tertular bukan karena orang tidak memesan tetapi karena lalu lintas jalan dan angkutan terganggu," tutur Chatib.

Sementara itu, Leong memperkirakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,3% pada 2014. Pertumbuhan ekonomi Indonesia akan di bawah 5% pada kuartal II dan III 2014.

Belanja konsumen Indonesia diharapkan memberikan sentimen positif untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia. "Inflasi rendah harus meningkatkan daya beli konsumen," kata Martin.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini