Sukses

Pupuk Indonesia Jadi Bakal Pabrik Pupuk Terbesar ke-5 di Dunia

Dengan ekspansi anak-anak usahanya, tiga tahun lagi PT Pupuk Indonesia Holding Company sudah menjadi pabrik pupuk terbesar ke-5 di dunia.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan menargetkan PT Pupuk Indonesia Holding Company (PIHC) bakal menjadi pabrik pupuk terbesar ke-5 di dunia. Langkah itu didukung oleh sejumlah ekspansi yang dilakukan anak usaha PIHC.

Dahlan mencontohkan, BUMN pupuk itu baru saja membeli perusahaan asing. Mulai 1 April lalu PT Kaltim Pasifik Alkalinitas, perusahaan amoniak terbesar di Indonesia yang selama ini dimiliki Mitsui dan Tomen Jepang, sudah 100% menjadi milik Indonesia. Perusahaan tersebut berlokasi di Bontang, Kalimantan Timur. Berada satu komplek dengan PT Pupuk Kaltim, anak perusahaan PIHC.

"Amoniak ini sangat penting untuk memperkuat pabrik pupuk kita. Selama ini kita membeli amoniak dari pabriknya Mitsui itu," kata Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan seperti dikutip dari Manufacturing Hope, Senin (12/5/2014).

Pupuk Kaltim, lanjut Dahlan, kini tengah membangun pabrik baru di Bontang. Itulah pabrik ke-5 dengan kapasitas 1,2 juta ton per tahun. Akhir tahun ini pabrik baru tersebut sudah berproduksi. Bersamaan itu pabrik pertama yang dibangun tahun 1974 dimatikan.

"Pabrik ini sudah sangat tua. Kapasitasnya juga hanya 660 ribu ton dan lagi sangat boros," terang dia.

Saat ini untuk memproduksi satu ton urea di pabrik tersebut diperlukan gas sebanyak 35 juta british thermal unit (mmbtu). Padahal di pabrik baru nanti, 1 ton pupuk cukup menggunakan gas 23 mmbtu," paparnya.

Tak hanya Pupuk Kaltim, anak usaha PIHC lainnya yaitu PT Pupuk Sriwijaya di Palembang juga sedang dibangun pabrik baru. Begitupun PT Pupuk Kujang juga siap-siap ekspansi. "Demikian juga PT Petrokimia Gresik. Dengan ekspansi anak-anak perusahaan itu, tiga tahun lagi PIHC sudah menjadi pabrik pupuk terbesar ke-5 di dunia," jelas Dahlan.

Dahlan menegaskan keberhasilan PIHC dan anak usahanya sekaligus menjadi bukti bahwa dengan disatukan dalam satu holding sebuah BUMN mengalami perkembangan yang pesat.

"Anak-anak perusahaan PT PIHC yang dulunya BUMN bisa bersaksi bahwa mereka terus mengalami kemajuan. Aset mereka saat disatukan dulu sebesar Rp 34 triliun. Kini, hanya dua tahun kemudian, sudah menjadi Rp 62 triliun!" tegasnya. (Ndw/Ahm)

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.