Sukses

Abaikan Pertanian, Struktur Ekonomi Indonesia Jadi Rapuh

Bahan baku berbasis kulit sekarang 80% tergantung terhadap impor.

Liputan6.com, Jakarta - Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) memandang meskipun Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi yang baik, namun struktur ekonominya masih rapuh.

"Indonesia punya struktur ekonomi rapuh, walaupun pertumbuhan ekonomi tinggi 6%, bahkan negara maju lainnya tidak pernah tumbuh di atas 4%," kata Direktur INDEF Enny Sri Hartati, dalam acara diskusi Revolusi Mental Pertanian Sebagai Landasan Kemandirian Ekonomi, di JKW Center, Jakarta, Minggu (25/5/2014).

Ia mengungkapkan, rapuhnya ekonomi Indonesia disebabkan oleh tersingkirnya sektor penyokong utama yang berperan terhadap peningkatan kesejahteraan rakyat, yaitu sektor pertanian.

"Pertanian mempunyai dampak nilai tambah kepada perekonomian nasional, dampak kepada tenaga kerja, dampak terhadap mengurangi kemiskinan, tetap justru terpinggirkan," tuturnya.

Saat ini, Enny melanjutkan, sektor pertanian sebenarnya dapat menjadi sumber pemasok bahan baku industri yang ada di Indonesia, sehingga tidak tergantung impor. Dengan begitu, industri dapat berkembang dan menciptakan lapangan kerja.

"Sektor pertanian malah mengalami degradasi, sektor ini bukan menyerap tenaga kerja justru mendepak tenaga kerja, dampak ini luar biasa," ungkapnya.

Sektor pertanian memiliki potensi besar untuk dikembangkan. Ia menyebutkan seperti industri perternakan, 80% Indonesia melakukan importasi kulit dan susu untuk memenuhi kebutuhannya.

"Seandainya saja sektor pertenakan tumbuh, berapa tenaga kerja terserap? Kedua, Industri berbasis peternakan sapi ini pasti konsumsinya besar adalah susu kedua alas kaki. Bahan baku berbasis kulit sekarang 80% tergantung terhadap impor," pungkasnya. (Pew/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.