Sukses

Anggaran Jebol Rp 36 Triliun, Penjualan BBM Subsidi Harus Ditekan

Asumsi kurs rupiah yang meleset mengakibatkan tanggungan negara untuk subsidi BBM bertambah Rp 36 triliun.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah memastikan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mendorong beban anggaran subsidi bahan bakar minyak (BBM) semakin terasa berat.

Asumsi kurs rupiah yang meleset mengakibatkan tanggungan negara untuk subsidi BBM bertambah Rp 36 triliun.

Menteri Keuangan (Menkeu) Chatib Basri mengatakan, nilai tukar rupiah pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2014 sebesar Rp 10.500 per dolar AS, kini menjadi Rp 11.700 per dolar AS. Sehingga terjadi depresiasi rupiah sebesar Rp 1.200 per dolar AS.

"Setiap pelemahan rupiah Rp 100, maka pemerintah harus nambah Rp 3 triliun. Jadi kalau kursnya lemah Rp 1.200, maka tambahannya jadi Rp 36 triliun untuk subsidi BBM," ujar dia di Gedung DPR, Jakarta, Senin (26/5/2014).

Lebih jauh dia mengaku, bahwa total subsidi BBM dalam Rancangan APBN Perubahan tahun ini terjadi pembengkakan hingga Rp 74 triliun.

Untuk mengatasinya, opsi yang bisa dipilih adalah menaikkan harga atau menurunkan volume BBM bersubsidi. Tahun ini, pemerintah mematok volume BBM bersubsidi sebanyak 48 juta kiloliter (kl).

"Tahun lalu karena ada kenaikan harga BBM, (kenaikan anggaran) bisa terkompensasi. Tapi di situasi politik saat ini nggak mudah menaikkan harga, sehingga opsi yang memungkinkan adalah mengendalikan kuota," jelas dia.

Pengurangan volume BBM bersubsidi, tambah Chatib merupakan wewenang dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

"Karena tahun ini nggak mungkin naikkan harga BBM subsidi, berarti volume mesti diturunin dan itu ada di Kementerian ESDM," ucapnya.

Sayang, dia enggan menyebut besaran pengurangan kuota BBM subsidi yang ideal dan aman bagi postur APBN. "Saya nggak berani bilang kan percuma aman buat anggaran tapi kalau nggak bisa terealisasi. Makanya Kementerian ESDM di bawa ke sini (DPR)," terang Chatib.

Dalam kesempatan yang sama, Wakil Menteri ESDM Susilo Siswoutomo mengaku dengan kurs rupiah yang sudah berada di level Rp 11.700 per dolar AS, kuota BBM subsidi yang tidak membahayakan fiskal sekitar 44 juta kl.

"Kami belum hitung, tapi tadi Pak Askolani (Dirjen Anggaran Kemenkeu) bilang kira-kira 44 juta kl yang aman. Sekarang kan targetnya 48 juta kl sampai akhir tahun," tandas dia.(Fik/Nrm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.