Sukses

Disentil Investasi Mandek, CT Gelar Rakor Dengan Bos Chevron

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Chairul Tanjung terus menggelar rapat koordinasi (rakor) maraton.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Chairul Tanjung terus menggelar rapat koordinasi (rakor) maraton. Kali ini, CT mengundang bos PT Chevron Pasific Indonesia, Albert Simanjuntak dan Managing Director Chevron IndoAsia Business Unit, Charles (Chuck) A Taylor.

Pantauan Liputan6.com, Jumat (30/5/2014), kedua petinggi perusahaan migas raksasa ini datang ke kantor Kemenko Perekonomoian sekitar pukul 19.00 WIB.

Mengenakan kemeja batik biru, Albert dan Chuck langsung bergegas menuju ruang rapat tanpa berkomentar sepatah katapun.

Selang beberapa menit kemudian, disusul kehadiran beberapa pejabat negara, diantaranya perwakilan dari Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Mahendra Siregar.

Selain itu Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Susilo Siswoutomo. Namun hingga saat ini, Chairul Tanjung alias CT belum tiba di kantornya dari Istana Cipanas.

Mahendra memberi bocoran mengenai pembahasan rakor tersebut. Menurut dia, rapat ini terkait proses perizinan dari pengeboran ladang gas baru di laut dalam, khususnya Selat Makassar.

"Jadi kita ingin melihat bagaimana perkembangannya dan mendengar laporan baik dari Kementerian ESDM maupun SKK Migas, karena sudah cukup lama prosesnya. Makanya kita minta arahan dari Pak Menko untuk diselesaikan dalam waktu dekat," ujarnya.

Dia mengaku, Chevron Pasific Indonesia mengalami kendala dalam memperoleh izin pengeboran. Padahal nilai investasinya sekitar US$ 12 miliar.

"Proses pelaksanaan investasi di lepas pantai memang banyak proses yang harus ditempuh dan disetujui. Jadi mesti diakselerasi segera," tegas Mahendra.

Proses izin yang berbelit-belit ini, sebelumnya membuat Chevron gerah. Sehingga pihaknya mengancam akan mengalihkan investasi pengeboran ke negara lain apabila tak kunjung mengantongi izin dari pemerintah. Namun hal ini dibantah Mahendra.

"Bukan masalah mengancam, tapi dalam satu proses investasi seperti ini memerlukan dukungan infrastruktur, peralatan dan sumber daya manusia yang cukup besar mengingat investasi mendekati US$ 12 miliar. Proyek ini jumlahnya nggak banyak, mungkin cuma lima di dunia, jadi kalau meleset tentu akan mengambil kesempatan di tempat lain," tutur dia.

Sekadar informasi, CT menerima sentilan dari bos Chevron saat kunjungannya ke Manila, Filipina untuk menghadiri World Economic Forum.

Keluhan itu terkait rencana investasi pengeboran minyak laut dalam wilayah Indonesia sekitar US$ 12 miliar yang sampai kini belum terealisasi.

"Jadi saya, kebetulan di Manila dengan presiden dapat keluhan dari petinggi Chevron untuk soal investasi yang belum terealisasi, tapi sudah sekian lama terhambat," kata dia.

Proyek garapan ini mencakup pengembangan dua hub lepas pantai, buat menampung gas dari empat blok migas, yakni Ganal, Rapak, Selat Makassar, dan Muara Bakau. Lokasinya di laut tak jauh dari kilang LNG milik mereka di Badak, Kalimantan Timur.

Awalnya proyek ini ditargetkan mulai beroperasi pada 2015, namun pengeboran gas bawah laut keempat blok ini terancam mundur sampai 2018. Itupun bila ada dukungan dari pemerintah. (Fik/Nrm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.