Sukses

Bos Pegadaian: Pegadaian Kini Tak Cuma Urus Bisnis Gadai Saja

Suwhono, Direktur Utama PT Pegadaian (Persero) : "Kami Cari Uang di Jakarta dan Pinjamkan ke Daerah"

Liputan6.com, Jakarta - Perjalanan karir Suwhono tiga tahun terakhir sangat berbeda dibanding dengan tahun-tahun sebelumnya. Sekarang, pria kelahiran Sragen, Jawa Tengah ini lebih sering berkutat dengan duit receh. Padahal sebelumnya, nominal duit yang dikelola Suwhono minimal puluhan miliar.

Penyebab pria yang saat ini berusia 59 tahun tersebut menangani recehan karena sejak 2011 lalu ia didaulat untuk menjadi bos di PT Pegadaian yang memang mempunyai fokus menangani nasabah ritel.

Sedangkan sebelumnya, lulusan Universitas Dipenegoro, Semarang, Jawa tengah ini, menjadi bankir di  PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) yang khusus menangani nasabah korporasi yang biasanya membutuhkan dana miliaran bahkan triliunan.

Perbedaan iklim tersebut tak membuat Suwhono gentar. Ia justru merasa tertantang.  "Justru saya saat ini lebih menjiwai segmen ritel seperti Pegadaian ini," jelasnya.

Di bawah pimpinannya, Pegadaian saat ini mampu mengembangkan bisnis. Tak hanya berkutat di bisnis gadai saja, namun berkembang dengan menjual emas dan melakukan pembiayaan mikro.

Bahkan, ke depannya Pegadaian berencana untuk mengelola aset tanah dan gedung yang selama ini terbengkalai dengan mengembangkan menjadi hotel.

Bagaimana perjuangan Suwhono mengembangkan Pegadaian dalam tiga bulan ini dan apa saja cita-citanya yang belum tercapai, Berikut hasil wawancara Liputan6.com dengan Suwhono di Kantor Pusat Pegadaian, Jakarta yang ditulis, Kamis (5/6/2014):

Bagaimana reaksi Anda saat ditunjuk menjadi Direktur Utama Pegadaian dan apa yang dipikirkan saat itu untuk membangun Pegadaian?


Latar belakang saya selama ini lebih banyak ke industri perbankan. Penempatan saya pun selama di perbankan lebih lama di sektor korporat (korporasi) jika dibanding dengan di sektor ritel. Setelah itu saya akhirnya dipindah ke PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) sebagai Direktur Keuangan Pelindo. Lalu dipindahkan ke Pegadaian menjadi Direktur Utama (Dirut).

Tentu saja awalnya saya tidak pernah berpikir akan menjadi Dirut Pegadaian. Tetapi setelah masuk ke Pegadaian, roh korporat yang selama di industri perbankan saya miliki jadi tereliminasi, justru saya lebih menjiwai segmen ritel seperti Pegadaian ini.

Perlu saya sampaikan bahwa Pegadaian selama ini dilihat hanya sebagai tempat untuk gadai barang saja. Seolah-olah dibedakan dengan jasa keuangan lain apakah itu bank atau lembaga pembiayaan (multifinance). Padahal, Pegadaian sama atau merupakan bagian dari industri jasa keuangan juga. Cuma kalau bank ada regulasi tentang perbankan, multifinance ada regulasi tentang multifinance. Nah, Pegadaian pun sekarang sudah mulai diatur oleh lembaga regulasi yaitu melalui Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Jadi dulu terpisah, kalau pengawasan bank berada di bawah Bank Indonesia (BI) sedangkan pengawasan Pegadaian diatur melalui pemegang saham langsung yaitu Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), tetapi saat ini sudah menyatu di OJK.

Jadi saat ini kalau cerita tentang Pegadaian sebenarnya sama dengan lembaga keuangan lainnya karena Pegadaian juga menyediakan layanan seperti lembaga keuangan lainnya khususnya bank.

Istilah paling pendek adalah kalau masyarakat perlu dana, bisa datang ke Pegadaian untuk mendapatkan pinjaman melalui jasa gadai atau jasa non gadai. Jasa non gadai itu melalui pinjaman mikro seperti industri perbankan lakukan.

Kalau masyarakat sudah memiliki akses cash datanglah ke Pegadaian untuk membeli cicilan emas yang pada saat lunas kami kembalikan barangnya (emasnya) yang suatu saat bisa dipakai sebagai instrumen investasi.

Kalau masyarakat perlu memindahkan uang dari satu tempat ke tempat lain, Pegadaian pun sudah bisa memberikan pelayanan, yaitu misalnya mau transfer dari Jakarta ke Madura, atau bahkan di luar negeri mau transfer melalui Pegadaian juga bisa.

Adakah ide-ide yang belum terwujud sampai saat ini?

Memang apa yang ada di benak saya belum semua terealisir. Intinya pada awalnya Pegadaian memberikan solusi keuangan bagi masyarakat kecil. Sampai hari inipun kami tetap konsisten untuk itu. Namun, ada perubahan Kebutuhan masyarakat kecil. Pada saat Pegadaian didirikan, kebutuhan orang kecil hanya untuk menyambung kehidupannya. Apakah untuk beli beras atau apa. Tapi kalau sekarang kebutuhan orang kecil itu punya tabungan, hand phone, dan segala macam. Kami menyesuaikan ke situ.

Dari pencapaian selama ini, adakah yang dirasa masih kurang maksimal? Apa yang ingin dilakukan untuk ke depannya?

Masih banyak PR yang harus saya kerjakan. Saya ingin seluruh masyarakat terakomodasi layanan jasa keuangan. Jasa keuangan itu harus bisa sampai ke pelosok Indonesia. Outlet kami seluruhnya ada 4.500 outlet dan di daerah-daerah yang sangat prural atau pedesaan yang kalau saya bercanda dengan teman-teman Pegadaian itu kami mencari uang di Jakarta dan dibawa untuk diberikan pinjaman ke daerah.

Ini yang ke depan kami terus akan tingkatkan terutama untuk channel distribusi kami, baik yang kami buka sendiri atau melalui sistem keagenan istilahnya franchise yang kami berikan ke masyarakat. Tujuannya untuk memberikan solusi kepada masyarakat yang memerlukan jasa keuangan.

Saat ini bagaimana prosentase produk antara mikro dengan gadai?

Mayoritas saat ini 97 persen produk kami adalah gadai. Jadi orang butuh dana datang ke kami dan memberikan jaminan barang. Namanya barang pasti ada nilai ekonomisnya. kami sampai hari ini masih terima piring, rantang, laptop, HP dan juga sepeda.

Barang apa saja yang paling banyak digadai saat ini? Berapa nilai transaksi dalam sehari?

Paling banyak barang yang digadaikan itu emas. Kenapa emas? Karena masyarakat sadar barangnya kecil tapi nilainya tinggi. Dan apakah non emas tidak diterima, masih kami terima. Jadi presentasenya 97 persen emas dan 3 persen non emas.

Lima barang apa yang sering digadai oleh masyarakat?

Variannya banyak, pertama emas, setelah emas itu langsung banyak. Elektronik peringkat kedua, ketiga ada mobil dan motor. Keempat banyak yang kecil-kecil.

Apakah pola orang dalam menggadaikan berubah dari tahun ke tahun? Adakah masa-masa kegiatan gadai tinggi?


Saya akan cerita sedikit. Jadi kalau tren gadai itu memang dari tahun ke tahun selalu naik, karena gadai itu sangat cocok untuk kebutuhan yang sifatnya bridging finance, tadi yang sifatnya  jangka pendek atau short term dan diperlukan oleh masyarakat yang membutuhkan uang secara mendadak dengan prosedur yang tidak berbelit-belit. jadi  15 menit cair, bisa jadi duit.

Periodenya naik turunnya seperti apa? 


Intinya dari tahun ke tahun naik. Kalau dulu sebelum kebutuhan masyarakat kecil itu disubsidi oleh negara, ada yang namanya periode anak sekolah, periode Lebaran, Natal, atau Tahun Baru.

Tetapi sekarang untuk orang sakit disubsidi oleh negara, untuk kebutuhan masyarakat yang sangat dasar lainnya misalnya untuk pendidikan negara mensubsidi, untuk kebutuhan-kebutuhan lain yang sifatnya dasar negara juga mensubsidi.

Alhamdulillah, sudah terbukti paling tidak selama lima tahun terakhir ini bisnis Pegadaian selalu meningkat dan tren dari bulan ke bulan relatif stabil. Artinya secara bisnisnya relatif terus-menerus merangkak.

Tetapi ada memang siklusnya, menjelang puasa biasanya naik, tetapi saat menjelang lebaran malah turun, karena biasanya menjelang puasa orang cari pinjaman untuk jualan kue kebutuhan puasa.  Lalu setelah menjelang lebaran barang yang digadaikan tadi ditebus uangnya dipakai pada saat lebaran. Biasanya setelah lebaran naik lagi, seperti itu kira-kira siklusnya.

Selama ini kalau ada nasabah yang tidak bisa menebus barang bagaimana tindaklanjutnya?


Jadi jangka waktu Pegadaian memberikan pinjaman itu rata-rata empat bulan. Tetapi jika misalnya diperlukan lagi bisa diperpanjang  lagi dalam empat bulan lagi dan seterusnya. Dasarnya bayar bunga atau sewa modal saja pada saat jatuh tempo. Kalau nasabah tidak bisa menebus atau mengambil barangnya, istilahnya treatment-nya adalah kami beri kesempatan atau terus kami komunikasikan dalam waktu dua minggu sejak jatuh tempo. Dua minggu itu kami lakukan pendekatan supaya menyelesaikan kewajibannya dan mengambil barangnya.

Jika ternyata tidak bisa diselesaikan, kami akan beritahukan kepada nasabah bahwa seminggu ke depan barang nasabah akan kami lelang. Jadi periodenya setelah dia minggu hingga satu bulan setelah jatuh tempo nasabah akan mengambil barangnya kami akan sangat senang dan kami persilakan.  Tapi kalau misalnya sudah lewat satu bulan tidak diambil, tentu saja barang itu akan kami lelang secara terbuka dan transparan.

Apakah ada waktu pasti lelang, misalnya setiap tanggal berapa dalam setiap bulannya?


Kami ada tanggal-tanggalnya, istilahnya tanggal kredit. Setiap bulan yang terjadwal itu 4 kali, tapi pindah-pindah tempatnya, cabang-cabangnya. jadi setiap hari begitu setelah sebulan tidak diambil itu yang kami lelang minimal di kantor cabang setempat.

Saat ini salah satu bisnis pegadaian adalah menjual emas, bagaimana perkembangannya?

Emas itu kami sebut sebagai komoditi. Tapi komoditi yang sangat liquid, karena emas itu setiap saat bisa dijual atau bisa jadi uang. Nah, karena komoditi maka fluktuasi harganya selalu naik dan turun, ada kalanya naik ada kalanya turun.

Tetapi di dalam jangka panjang, kalau kami lihat dalam 5 tahun, 10 tahun, dalam perkembangannya selalu naik. Jadi kalau di dalam tahun yang periode 2013 kemarin, April harga emas di kami masih Rp 520 ribu per gram, tetapi di bulan Mei dan Juni turun ke Rp 470 ribu, bahkan Juli turun ke Rp 430 ribu hingga Rp 420 ribu. Artinya sampai di Agustus selalu turun.Tetapi periode saat ini sudah naik  lagi di kisaran Rp 490 ribu.

Jadi kalau dilihat dari periode tiga tahun yang lalu, emas baru di harga Rp 300 ribu artinya kalau nasabah tarik dalam jangka waktu 5 tahun kemudian atau lebih dari 3 tahun itu selalu naik dan memberikan kontribusi kepada pendapatan.

Namun secara bisnis, penjualan emas kami kecil. Berbeda jauh dengan emas yang kaitannya dengan gadai yang mencapai 97%. Tahun lalu, kami bisa jual emas sampai Rp 1,4 Triliun. Dari nilai tersebut, keuntungan bersih yang kami dapat kurang lebih 2 persen dari nilai penjualan tersebut.

Rata-rata transaksi gadai yang dilakukan oleh nasabah berapa besar?

Rata-rata pinjaman yang bisa kami salurkan di kisaran Rp 3,6 juta per nasabah. Namun jika dilihat lebih dalam, ada yang pinjam hanya Rp 50 ribu saja, tetapi sebaliknya ada yang pinjam hingga Rp 200 juta. Kami menggolongkan ke dalam kelas ABC, untuk kelas A berkisar Rp 50 ribu hingga Rp 500 ribu, untuk kelas B antara Rp 500 ribu hingga Rp 2 juta,  untuk kelas C antara Rp 2 juta hingga Rp 20 juta.

Saat ini yang banyak kelas C, atau antara Rp 2 juta hingga 20 juta. Jika kami turunkan lagi lebih besar yang antara Rp 500 ribu hingga Rp 20 juta. Variannya bermacam-macam dari gelang, kalung dan lain-lain.

Apa keunggukan produk emas Pegadaian?


Pegadaian mempunyai kompetensi dalam menilai kadar dan karat emas. Jadi kalau Pegadaian menjual atau menerima barang jaminan itu sudah diuji oleh tim Pegadaian bahwa karatnya pasti benar dan itu bisa kami jamin.

Beli dari pegadaian keunggulan lainnya adalah buy back. Kalau beli di Pegadaian dan jual lagi di pegadaian, kami akan beli 97 persen dari harga pasar. Dari pengalaman saya yang buyback di bawah 95 persen tidak ada. Jadi kamilah yang paling tinggi.

Keunggulan ketiga, counter kami banyak. Jadi, kalau beli di Jakarta lalu pas jalan-jalan ke Surabaya dijual di sana atau juga bisa ada pinjaman gadai di sini, dilunasi dari Medan atau Surabaya.  Tambah lagi satu keunggulan, sistem Pegadaian sudah online seluruh Indonesia.

Pegadaian akan merambah bisnis hotel, kenapa memilih ekspansi ke bisnis hotel?


Ini perlu saya klarifikasi betul-betul, kami komparasi bisnis hotel dengan core bisnis kami gadai itu harus dipisah. Jadi bukan kami masuk ke bisnis hotel tapi kami hanya mengoptimalkan aset yang idle. Nah cara untuk itu kami serahkan ke ahlinya, bisnis apa yang kira-kira cocok untuk aset pegadaian yang idle.

Kebetulan yang di-ekspose selalu hotel, padahal kami juga ada sentra batik, pusat kerajinan, pusat PKL yang kami tampung itu juga banyak. Termasuk yang kami coba waktu ulang tahun kemarin adalah pasar rakyat. Termasuk kami mau coba di Bidara Cina, bagian dari tanah 1,3 hektare akan kami gunakan untuk pasar rakyat.

Berapa besar kontribusi bisnis Pegadaian di luar gadai?


Kecil, namanya juga pendukung. Sebetulnya bisnis properti yang kami bangun untuk mendukung core bisnis. Contoh, kalau nanti misalnya tadi bikin hotel, di hotel itu akan ada counter penjualan emas, termasuk nanti ada SDB-SDB. Itu otomatis orang punya barang setiap saat perlu uang bisa ke Pegadaian, jadi untuk mendukung core bisnisnya.

Berapa besar persentasenya?


Kecil sekali, kalau kami persentasekan dari pendapatan Pegadaian itu 97 persen dari segmen gadai, dan dua persen dari segmen mikro dan satu persen berasal dari penjualan emas dan jasa properti itu. Jadi jangan dilihat kami mau beralih ke bisnis lain, tidak. Jadi ini hanya memanfaatkan aset yang menganggur. Daripada setiap hari bayar biaya maintenance maka kami  eksplore supaya ada revenue.

Bagaimana kinerja Pegadaian saat ini dan bagaimana ekspansi ke depan?


Kalau kinerja kami di 2013-2014 dibanding 2011-2012 memang kami agak stagnan. Jadi kalau msialnya bottom line kami di Rp 1,4 triliun, 2012 hampir Rp 2 triliun, di 2013 kami Rp 1,91 triliun, jadi kenaikannya hanya Rp 7 miliar saja.


Sampai April kemarin kami baru mendapat Rp 480 miliar. Sedangkan target saya sampai akhir tahun harus bisa mendapat Rp 2,2 triliun. Jadi kami masih berjuang keras untuk mencapai hal ini.

Apakah Anda optimistis target tersebut bisa tercapai?


Ya kami harus optimis, hidup harus optimistis, kalau ga optimistis bukan Pegadaian.

Berapa banyak outlet pegadaian saat ini? 


Tahun ini kami coba meningkatkan produktivitas dulu, jadi prioritasnya produktifitas baru nanti kalau ada potensi baru kami lakukan. Yang kedua nanti kami akan coba memperbanyak agency.

Mengapa kami lari ke sana, karena pengalaman pengembangan outlet itu kami sewa dan ternyata semakin lama ongkos sewa semakin meningkat juga. Untuk Itu kami lebih baik meningkatkan keagenan.

Apa cita-cita Anda terhadap Pegadaian?


Harapan saya Pegadaian itu didirikan oleh negara dengan tujuan mulia, membantu orang kecil atau kalau zaman dulu memberantas rentenir. Kami pun sampai hari ini terus konsisten untuk itu adalah memberikan solusi kebutuhan jasa keuangan untuk segmen menengah ke bawah.

Saat ini yang menjadi kendala kami adalah masalah struktur permodalan. Kami ingin berkembang dengan baik tetapi modal kami yang dapatkan dari pemerintah sangat terbatas. Jadi modal yang disetor itu kurang lebih Rp 251 miliar, kalau masuk cadangan-cadangan mencapai Rp 5 triliun.

Jadi kalau kami sekarang operasikan sampai Rp 27 triliun itu kami harus mendapatkan pinjaman dengan cara menerbitkan obligasi atau meminjam dari perbankan. Kalau kami istilahkan utang pegadaian itu plafonnya mencapai Rp 28,5 triliun dari kredit yang kami salurkan yang tercatat Rp 27 triliun. (Yas/Gdn/*)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.