Sukses

Wall Street Ditumbangkan Harga Minyak Mentah

Ini imbas peningkatan kekerasan di Irak yang mendorong harga minyak lebih tinggi, sementara data penjualan ritel dan pekerjaan meleset.

Liputan6.com, New York - Pasar saham Amerika Serikat (AS) memerah pada penutupan perdagangan Kamis (Jumat pagi) ini ditunjukkan dengan jatuhnya indeks saham Standard&Poor 500 untuk hari ketiga di picu penurunan saham maskapai penerbangan.

Melansir laman Bloomberg, ini imbas dari peningkatan kekerasan di Irak yang mendorong harga minyak lebih tinggi, sementara data penjualan ritel dan pekerjaan meleset dari prediksi.

Indeks saham S&P 500 (SPX) turun 0,7 persen menjadi 1.929,48 di New York. Indeks Dow Jones Industrial Average turun 112.71 poin atau 0,7 persen menjadi 16.731,17.

"Ini adalah peristiwa geopolitik utama untuk pasar minyak," kata John Kilduff, partner di Again Capital LLC, sebuah hedge fund berbasis di New York yang fokus pada energi.

Meningkatnya kekerasan di Irak utara dan tengah, tiga tahun setelah tentara AS mundur, telah meningkatkan prospek kembali terjadinya perang saudara sektarian di negara produsen minyak terbesar kedua OPEC tersebut.

Pasukan Irak berusaha untuk mencapai kemajuan pesat melawan militan Islam yang telah merebut kota-kota besar. Perdana Menteri Nouri al-Maliki menanggapi ancaman terbesar terhadap pemerintahnya sejak mengambil kekuasaan.

Presiden Barack Obama mengatakan tidak akan membantu pemerintahan Irak dengan menggunakan serangan udara lagi.

Kekeraan di Irak memicu kenaikan harga minyak yang berdampak ke saham penerbangan. Delta Air Lines Inc mengalami penurunan saham terbesar dalam indeks patokan. Demikian pula United Continental Holdings Inc jatuh 7,4 persen, memimpin penurunan yang lebih rendah.

Indeks transportasi Dow Jones terus turun dalam dua bulan terakhir imbas dari harga minyak yang naik ke posisi tertinggi dalam delapan bulan.

Indeks saham S&P 500 telah turun 0,4 persen di mana Dow juga menghentikan lajunya dalam lima hari usai Bank Dunia mengabarkan akan memangkas proyeksi pertumbuhan global dan investor mempertimbangkan valuasi ekuitas.

Sementara itu, penjualan ritel AS naik 0,3 persen pada Mei usai konsumen Amerika mengambil jeda karena setelah melakukan lonjakan pembelanjaan dalam tiga bulan.

"Ada beberapa indikasi ekonomi terus bergerak maju dengan cara yang cukup terukur," jelas Rob Lutts, kepala investasi Cabot Money Management Inc di Salem, Massachusetts.

Penguatan indeks S&P 500 sebesar 7,1 persen usai kemarin mencapai terendah sejak 11 April menunjukkan ekonomi AS sudah mulai pulih dari dampak cuaca ekstrem awal tahun ini. The Federal Reserve terus memantau pasar tenaga kerja untuk bergerak menyelesaikan program stimulus bulanan akhir tahun ini. Tiga putaran pembelian obligasi telah mendorong S&P 500 naik yang lebih tinggi. (Nrm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.