Sukses

Kurangi Subsidi, BBM Mobil dan Motor Diusulkan Beda Harga

Hanya pembedaan melalui jenis kendaraan yang lebih rasional dan lebih gampang untuk dilaksanakan.

Liputan6.com, Jakarta - Tingginya subsidi bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia menjadi salah satu alasan pembangunan di Indonesia sedikit terhambat.

Untuk mengurangi beban APBN yang mayoritas dialokasikan pada subsidi BBM ini, Ekonom Universitas Gadjah Mada, Tony Prasetyantono mengusulkan penerapan harga yang berbeda untuk para pengguna motor dan mobil.

"Menurut saya tidak fair kalau orang nailk mobil dan naik motor itu harganya sama. Saya usulkan mobil sama motor pisah, mungkin memang akan ada migrasi orang naek motor, biarkan," katanya di Jakarta, Senin (16/6/2014).

Tony menambahkan sebenarnya pengurangan subsidi tersebut bisa dilakukan melalui pembedaan kapasitas mesin setiap kendaraan, namun hal itu dinilainya terlalu repot.

Sehingga hanya pembedaan melalui jenis kendaraan yang menurut Tony lebih rasional dan lebih gampang untuk dilaksanakan.

"Subsidi energi masih terlalu besar, Rp 300 triliun menuju Rp 400 triliun, itu bahaya," tegas Tony.

Menanggapi langkah pemerintah untuk mengimbangi kenaikan beban subsidi sebesar Rp 110 triliun dengan pemotongan anggaran pemerintah sebesar Rp 100 triliun dalam RAPBNP, Tony menilai hal itu kurang rasional.

Menurutnya, meski subsidi meningkat sebenarnya Indonesia masih memiliki ruang fiskal mengingat defisit Current Account terhadap PDB masih memiliki batas atas sebesar 3%. Sedangkan defisit Indonesia saat ini sekitar 1,6%.

"Jangan mentang-mentang beban naik lalu dipotong dari anggaran pemerintah, apalagi kalau menyangkut pembangunan infrastruktur, itu kan tidak bagus," pungkas Tony. (Yas/Nrm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini