Sukses

Dihadang Banyak Tekanan, Rupiah Nyaris ke 11.900 per Dolar AS

Berbagai tekanan internal dan eksternal masih akan terus melemahkan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hingga akhir bulan ini

Liputan6.com, Jakarta - Sejak perdagangan kemarin, rupiah tampaknya masih belum bisa keluar dari kisaran Rp 11.800 per dolar AS. Konflik geopolitik yang terjadi di Irak dan Ukraina memicu kenaikan harga minyak yang akhirnya membuat rupiah melemah dan terus mengalami koreksi.

Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia, Selasa (17/6/2014) menunjukkan rupiah berada di level Rp 11.814 per dolar AS, melemah dari perdagangan sebelumnya yang berada di kisaran Rp 11.781 per dolar AS.

Sementara data valuta asing Bloomberg menunjukkan rupiah nyaris menyentuh level Rp 11.900 per dolar AS yaitu berada di level Rp 11.881 per dolar AS pada perdagangan pukul 9:56 wakktu Jakarta. Rupiah juga tercatat dibuka melemah di level Rp 11.825 per dolar AS pada perdagangan hari ini.

Sejak pekan lalu, rupiah terus mengalami koreksi karena beberapa faktor yang muncul baik internal maupaun eksternal. Kenaikan harga minyak yang terjadi awal pekan ini dipicu konflik geopolitik yang menimpa dua produsen besar minyak dunia, Irak dan Ukraina.

"Ada faktor geopolitik yang mendorong naik harga minyak. Itu memicu panik di negara berkembang termasuk Indonesia sehingga akhirnya menjadi tekanan yang melemahkan rupiah," ungkap Ekonom Standard Chartered Eric Sugandi, Selasa (17/6/2014).

Lebih lanjut dia menjelaskan, defisit transaksi berjalan dalam jumlah besar pada April masih memicu kekhawatiran di kalangan para investor hingga saat ini. Kekhawatiran akan membengkaknya defisit transaksi berjalan pada kuartal II tahun ini yang kemudian menjadi tekanan yang melemahkan pergerakan rupiah.

Selain itu, selama kuartal II, faktor musiman yang muncul adalah debt payment yang biasa dilakukan pada April. Faktor tersebut juga ikut menjadi tekanan pada nilai tukar rupiah.

Beberapa perusahaan yang mempunyai utang luar negeri melakukan pembayaran bunga atau pelunasan biasanya di kuartal II ini sehingga terjadi peningkatan pada permintaan akan dolar. Utang-utang tersebut biasanya utang modal kerja yang jangka waktunya kurang dari lima tahun.

Tak hanya itu, pergolakan politik menjelang pemilihan umum presiden pada Juli mendatang juga turut melemahkan nilai tukar rupiah.

"Kelihatannya persaingan antar presiden semakin ketat, dan masih mempengaruhi pergerakan rupiah dalam jangka pendek. Tapi karena ini faktor psikologis maka tidak akan bertahan lama," ujarnya.

Prediksi

Melihat berbagai faktor yang mempengaruhinya, Eric menilai rupiah dapat menembus level Rp 11.900 per dolar AS hari ini. Meski demikian, dia mengatakan itu tak akan berlangsung dalam jangka panjang.

"Hari ini, rupiah bisa tembus Rp 11.900 per dolar AS. Tapi itu masih sangat fluktuatif dan bisa cepat kembali ke level Rp 11.800 per dolar AS. Masih butuh waktu cukup lama untuk rupiah bisa mendobrak level Rp 12.000 per dolar AS," terangnya.

Menurutnya, Bank Indonesia (BI) belum akan melakukan intervensi saat rupiah menembus level Rp 11.900 per dolar AS. Pasalnya, volatilitas rupiah dapat menekan impor yang membantu perbaikan defisit transaksi berjalan.

"Agaknya BI masih akan mengijinkan rupiah sedikit melemah di level Rp 11.800 per dolar AS hingga Rp 11.900 per dolar AS. Tapi sampai akhir bulan, rupiah masih akan berada di level 11.900," terangnya.

Sementara akhir tahun, rupiah diprediksi akan menguat ke level Rp 11.600 per dolar AS karena masyarakat telah memperoleh kepastian politik dengan terpilihnya pemerintahan baru. (Sis/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.