Sukses

Tertekan Banyak Sentimen, Rupiah Melanjutkan Pelemahan

Kurs JISDOR Bank Indonesia Kamis, (26/6/2014), berada di level Rp 12.091 per dolar AS.

Liputan6.com, Jakarta - Sepanjang minggu ini nilai tukar rupiah terus berada di bawah level psikologis yaitu Rp 12.000 per dolar Amerika Serikat (AS). Banyak alasan yang membuat rupiah terus mengalami pelemahan.

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia Kamis, (26/6/2014), berada di level Rp 12.091 per dolar AS, melemah dibandingkan sehari sebelumnya yang tercatat Rp 12.027 per dolar AS.

Sedangkan data valuta asing Bloomberg menunjukkan nilai tukar rupiah dibuka di level Rp 12.085 per dolar AS, menguat tipis dibanding penutupan kemarin yang berada di level Rp 12.090 per dolar AS. Pada pukul 10.30 WIB, nilai tukar rupiah terus melemah ke level Rp 12.095 per dolar AS.

Ekonom PT Mandiri Sekuritas, Leo Rinaldy menjelaskan, tekanan pada rupiah akan terus berlanjut mengingat permintaan untuk dolar AS terus meningkat.

Saat ini, beberapa perusahaan sedang menyiapkan produksi untuk mengantisipasi kenaikan permintaan saat Lebaran. Produksi beberapa perusahaan tersebut membutuhkan barang modal impor sehingga terjadi peningkatan permintaan akan dolar AS yang melemahkan rupiah.

Selain itu, kenaikan harga minyak juga menjadi penekan nilai tukar rupiah. Konflik di Irak terus memanas membuat kekhawatiran dunia akan pasokan minyak mentah akan mengalami penurunan. kekhawatiran tersebut membuat membuat harga minyak mentah naik.

Kenaikan harga minyak mentah ini langsung berdampak kepada rupiah karena Indonesia merupakan salah satu negara pengimpor terbesar minyak mentah maupun olahan. Permintaan minyak yang sebagian besar digunakan untuk subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) tersebut ikut membuat permintaan akan dolar meningkat karena pembeliannya menggunakan dolar.

Penyebab lainnya pelemahan rupiah adalah faktor politik. Pemilihan calon presiden yang calon wakil presiden yang akan dilakukan pada 9 Juli nanti membuat pelaku pasar sedikit menarik investasi mereka dalam aset-aset rupiah dan memindahkan ke aset dolar AS.

"Tetapi saya lihat Bank Indonesia (BI) tidak akan membuat rupiah jatuh semakin dalam," jelas Leo seperti ditulis oleh Bloomberg.

Sebelumnya, Deputi Gubernur Senior BI, Mirza Adityaswara menjelaskan, nilai tukar rupiah saat ini memang tidak mencerminkan nilai yang sebenarnya. Namun, pelemahan nilai tukar rupiah tersebut seharusnya bisa dimanfaatkan untuk memperbaiki neraca perdagangan.

Menurutnya, saat neraca perdagangan dalam posisi defisit, penurunan nilai tukar bisa membuat ekspor lebih kompetitif. "Sedangkan impor bisa dikurangi," tuturnya. Dengan keadaan seperti itu, neraca perdagangan bisa didorong untuk kembali surplus. (Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini