Sukses

Tiap Bulan, Kebutuhan Dolar Perusahaan BUMN Capai US$ 30 Miliar

PT Pertamina (Persero), PT Perusahaan Gas Negara Tbk dan PT PLN (Persero) merupakan perusahaan yang bergantung pada valuta asing (valas).

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan Chatib Basri meminta kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) agar mengurangi transaksi keuangan menggunakan dolar Amerika Serikat (AS). Pasalnya kebutuhan dolar AS dari BUMN mencapai US$ 30 miliar setiap bulan.

"Saya dengan Pak Agus Martowardojo (Gubernur Bank Indonesia) tahun lalu pernah rapat supaya BUMN melakukan transaksi rupiah dan hedging (lindung nilai). Di situ juga ada Pak Dahlan Iskan," terang dia di kantornya, Jakarta, Jumat (27/6/2014).

Lebih lanjut Chatib mengaku, pihaknya dan BI telah mengidentifikasi sejumlah BUMN yang bergantung pada valuta asing (valas).
Sebut saja, PT Pertamina (Persero), PT Perusahaan Gas Negara Tbk, PT PLN (Persero) dan lainnya.

"Cukup banyak BUMN yang pegang valas, padahal ada juga yang sebetulnya nggak perlu karena nggak banyak impornya tapi tetap pegang valas. Makanya kami minta semua transaksinya dalam rupiah," terangnya.

Dia mengatakan, kebutuhan valas dari BUMN hampir mendekati US$ 30 miliar per bulan. "Saya pikir dulu BUMN perkebunan butuh valas karena ekspor, tapi ternyata BUMN perkebunan nggak ekspor dan mereka menjual hasilnya ke eksportir," jelasnya.

Chatib mengaku, BUMN lebih memilih menggunakan dolar AS supaya terhindar dari rugi kurs. "Misalnya rupiah Rp 11.500 dan sekarang sudah Rp 12.000 per dolar AS, itu berarti kan ada rugi. Jadi biar nggak rugi, tetap pegang dolar," tandasnya. (Fik/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.