Sukses

5 Skandal Penipuan Investasi Terbesar dengan Skema Ponzi

Sejak Charles Ponzi, penipuan seperti itu merajalela pada abad 20 dan 21. Bahkan 10 tahun terakhir, penipuan investasi ini makin bertambah.

Liputan6.com, New York - Skema Ponzi adalah penipuan investasi dengan investor menghasilkan bukan dari laba sebenarnya dari sebuah bisnis tapi merekrut investor baru ke dalam jaringan.

Uang investor baru diberikan kepada investor sebelumnya sehingga memberikan ilusi seperti keuntungan. Biasanya jaringan ini akan runtuh ketika arus kas melambat karena berkurangnya rekrutmen atau investor menuntut pembayaran mereka. Skema ini juga dikenal dengan skema piramida.

Adapun tanda-tanda peringatan dari skema Ponzi antara lain pengembalian investasi yang tinggi dengan sedikit atau tanpa risiko, sulit memahami investasi dengan kurangnya informasi dan masalah penerimaan pembayaran. Istilan lain yang menyembunyikan sifat sejati Ponzi adalah program investasi tinggi.

Skema investasi ini pertama kali dilakukan oleh Charles Ponzi asal Italia. Pada 1920, Ponzi memiliki banyak nama samaran sepanjang hidupnya untuk merektur investor atau korban penipuan.

Ia menjual gagasan untuk berinvestasi di luar negeri dengan membalas kupon perangko. Konsepnya kupon itu dapat dibeli di satu negara dan ditebus di negara lain. Perbedaan harga itu akan membawa keuntungan kepada investor.

Ponzi menjual gagasan itu dengan menghasilkan bunga 50 persen dalam 45 hari, dan 100 persen dalam 90 hari. Dalam hanya beberapa bulan ia sudah mengantongi US$ 20 juta setara US$ 222 juta pada saat ini.

Akhirnya Ponzi ditangkap dan didakwa dengan 86 tuduhan penipuan. Ponzi berutang sekitar US$ 7 juta, dan menghabiskan waktu 14 tahun penjara. Ia meninggal dalam keadaan bangkrut pada 1949 di Rio de Janeiro, Brazil.

Sejak Charles Ponzi, penipuan seperti itu merajalela pada abad 20 dan 21. Dalam 10 tahun terakhir, penipuan investasi ini tampaknya telah meledak dengan lebih banyak korban, uang dan liputan media yang berlebihan.

Berikut lima penipuan investor yang paling mengejutkan tanpa disadari telah merugikan hingga mencapai miliaran dolar seperti dikutip dari The Richest, Senin (30/6/2014):

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 6 halaman

Bernard Maddof

1. Bernard Maddof (US$ 17,3 Miliar)

Dianggap skema Ponzi paling terkenal dalam sejarah Amerika. Para investor korban skema ponzi  melalui perusahaan investasi Bernie Madoff kehilangan dana mencapai US$ 17,3 miliar.

Perusahaan investasi yang dilakukan pada 1960 ini, Madoff memang mencatatkan kesuksesan selama bertahun-tahun dengan mempekerjakan kerabat Mafoff termasuk anak-anaknya. Bahkan pihaknya menarik klien dalam bidang hiburan.

Penipuan yang dilakukannya terungkap pada 2008 ketika putra Madoff melaporkan dirinya ke pihak berwenang. Madoff mengaku kepada anak-anaknya kalau perusahaan yang dijalankannya menggunakan skema ponzi. Hal ini dilakukan ketika mereka mempertanyakan untuk membayar bonus awal saat dia sedang kesulitan membayar klien. Madoff pun mengaku bersalah atas 11 tuduhan kejahatan dan dijatuhi hukuman 150 tahun penjara pada 2009.

3 dari 6 halaman

R. Allen Stanford

2. R. Allen Stanford (US$ 7 Miliar)

Penipuan investasi oleh R. Allen Stanford membuat kerugian sekitar US$ 7 Miliar dari total 28 ribu orang. Jumlah korban Standfor diperkirkaan lebih dari 10 kali jumlah korban dalam kasus Madoff.

Pada 2009, Securities and Exchange Commission mengajukan gugatan terhadap grup Standford karena penipuan. Dalam laporan CNBC, peneriman dana dari kasus Standford yang dapat dikembalikan hanya sekitar US$ 263 juta. Meski Stanford sedang menjalani hukuman penjara 110 tahun, dia menarik keyakinannya dari 13 jumlah kasus kriminal.

4 dari 6 halaman

Thomas Petters

3. Thomas Petters (US$ 3,6 Miliar)

Total penipuan investasi dari Thomas Petters mencapai US$ 3,6 miliar. Skema ponzi yang dilakukannya dalam produk elektronik kepada pengecer. Petters dan antek-anteknya pun ditangkap pada 2008.

Pada 2009, Petters dinyatakan bersalah dengan 20 tuduhan penipuan dan pencucian uang, dan menjalani hukuman 50 tahun. Skema Petters pun menjadi terbesar dalam sejarah Minnesota.

5 dari 6 halaman

Scott Rothstein

4. Scott Rothstein (US$ 1,4 Miliar)

Menduduki jabatan sebagai Kepala Firma Hukum South Florida, Rothstein Rosenfeldt Adler mampu menipu investor dengan total nilai US$ 1,4 miliar antara 2005 dan 2009. Melalui perusahaannya, Rothstein mendapat investor untuk membeli saham kepada kliennya.

Ia meyakinkan investor melalui dokumen palsu. Investor mendapat laba atas investasi, dan berjalan baik dan akhirnya berantakan. Pada 2009, skema ponzinya diketahui, Rothstein melarikan diri ke Maroko dengan jutaan dolar milik investor.
Akan tetapi, ia akhirnya dihukum 50 tahun penjara, dan telah bekerja sama dengan pemerintah untuk mendapatkan pengurangan hukuman penjara. Menurut Forbes, penipuan Rothstein termasuk terbesar di Floria selama ini.

6 dari 6 halaman

The Albanian Rebellion of 1997

5. The Albanian Rebellion of 1997 (US$ 1,2 Miliar)

Peristiwa yang mengarah pada pemberontakan Albania pada 1997 dimulai beberapa tahun sebelumnya, ketika negara beralih ke tangan besi Perdana Menteri Enver Hoxha menjadi penganut ekonomi pasar liberal.

Kontributor skema ponzi ini menjanjikan keuntungan besar kepada investasi sehingga mendominasi dalam sistem keuangan. Skema ini telah merampok dana penduduk Albania dua pertiga sekitar US$ 1 miliar. Jumlah itu sekitar 50 persen dari produk domestik bruto nasional (PDB).

Skema piramida di Albania ini juga dikenal dengan perusahaan Rentier yang memulai operasi pada 1991. Aktivitas mereka didasarkan dengan mendapatkan jumlah uang dan mengembalikan dengan jumlah lebih besar berdasarkan persentase.

Meski tampaknya berfungsi sebagai bank, skema primada ini tidak memiliki investasi konkret dari mana untuk mengumpulkan uang dan tampaknya tidak meminjamkan.

Pada akhir 1996, skema piramida mencapai puncaknya. Tingkat suka bunga yang ditawarkan sangat tinggi. Alasan mengapa keberadaan perusahaan skema piramida tidak dikritik sebelumnya karena hukum perbankan diadopsi oleh parlemen Albania pada 1994 yang saran Dana Moneter Internasional (IMF) tidak mengandung ketentuan bank nasional Albania bertindak sebagai pengawas bank komersial.

Meski saran IMF menutup skema ini, pemerintah demokratis Albania terus membiarkan kegaiatan perusahaan itu. Pada periode 8-16 Januari 1997 baru sebagian besar dari skema piramida runtuh.

Penduduk Albania pun marah atas kehilangan uang mereka dan meminta tanggung jawab pemerintah atas penipuan. Mereka pun memberontak di jalan-jalan. Hal itu membuat tindakan anarki dan menyebabkan kematian 2.000 orang sebelum PBB turun tangan.Pemberontakan Albania tahun 1997 juga dikenali sebagai krisis Piramida. (Ahm/)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini