Sukses

Pengamat Ekonomi Sebut Debat Capres Bukan Ajang Perang

Terdapat catatan penting yang mesti diperhatikan oleh kedua pihak.

Liputan6.com, Jakarta - Tinggal menunggu hitungan jam, debat calon presiden (capres) terakhir akan segera  berlangsung. Adapun dalam debat kali ini, tema yang akan diusung visi misi capres bidang energi, pangan dan lingkungan hidup.

Soal ketahanan pangan, visi misi dari pasangan Jokowidodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK) akan mencetak sejuta sawah baru di luar Jawa. Pihaknya juga akan mendirikan Bank Petani serta Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).

Sementara di kubu pesaing, pasangan Prabowo-Hattarajasa (Prabowo-Hatta) akan mencetak dua juta hektar lahan baru untuk meningkatkan produksi pangan antara lain seperti beras, jagung, sagu, kedelai dan tebu.  Dalam visi misi Prabowo-Hatta juga mencantumkan akan membangun pabrik pupuk.

Pengamat Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang, Purbayu Budi Santosa mengatakan, kedua program tersebut kedua visi yang ditawarkan oleh kedua capres dinilai menarik.

"Semuanya baik, memang menurut saya bagus," kata dia saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Sabtu (5/7/2014).

Namun demikian, menurut dia, terdapat catatan penting yang mesti diperhatikan oleh kedua pihak. Seperti untuk membuka lahan baru di luar Jawa bukan perkara mudah. Hal tersebut dikarenakan untuk membuka sawah di luar Jawa mesti memperhatikan kecocokan tanah.

"Luar Jawa yang mana? Tapi kalau dengan teknologi, dengan rekayasa harusnya bisa. Arab aja bisa, banyak yang hijau sekarang," lanjutnya.

Sementara, untuk membuka jutaan lahan baru, kata dia harus memperhitungkan besaran anggaran yang dikeluarkan.

Pendirian bank untuk petani dan UMKM  juga merupakan hal penting. Kata dia, selama ini kebutuhan modal petani hanya diperoleh dari sedikit bank, salah satunya dari Bank Rakyat Indonesi (BRI).

Lanjut dia, pembangunan pupuk juga bagian yang mesti diperhatikan untuk ketahanan pangan. Dia mengatakan, saat ini Indonesia memang kekurangan pasokan pupuk. Sehingga jika terjadi kelangkaan harga pupuk langsung meroket.

"Pupuk kami kira kekurangan, kalau pupuk hilang harganya jadi tinggi sekali," ujarnya.

Oleh karenanya, dia menganggap dalam debat capres ini sebenarnya bukan sebuah perang gagasan. Namun, tegasnya merupakan sebuah penyatuan ide.

"Kami kira bukan perang, ini masalahnya bersama, keduanya sadar dan harus melengkapi untuk ketahanan pangan," tukas dia. (Amd/Nrm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini