Sukses

Mimpi Reformasi Bikin Pasar Keuangan RI dan India Unggul di Asia

Permilihan umum presiden di Indonesia memang tengah menjadi topik hangat di kalangan investor baik dalam dan luar negeri.

Liputan6.com, London - Permilihan umum presiden (pilpres) di Indonesia memang tengah menjadi topik hangat di kalangan investor baik dalam dan luar negeri. Pasalnya pemilihan presiden tersebut digelar saat perekonomian Indonesia tengah menunjukkan penurunan laju pertumbuhan.

Pemilihan presiden yang memicu tingginya harapan reformasi, telah berhasil mendongkrak pergerakan pasar keuangan di Indonesia. Bersama India, RI menjadi negara dengan pasar keuangan yang unggul di antara negara berkembang di Asia.

Mengutip laman Economic Times, Jumat (11/7/2014), harapan-harapan mengenai reformasi usai presiden baru terpilih telah membuat pasar-pasar keuangan di Indonesia dan India bergairah. Peningkatan kedua pasar keuangan tersebut berhasil mengungguli penguatan di beberapa negara berkembang lain.

Harapan lahirnya reformasi telah membantu nilai tukar rupiah menembus level tertinggi sepanjang tujuh minggu terakhir. Penguatan tersebut dipicu kemungkinan terpilihnya Joko Widodo sebagai presiden yabg dianggap ramah pada lingkungan bisnis.

Tak hanya itu, bursa efek Jakarta juga menunjukkan penguatan 1,5 persen ke level tertinggi dalam 13 bulan terakhir.Setelah hasil hitung cepat telah mencapai lebih dari 90 persen, rival Jokowi, Prabowo Subianto juga ikut mengklaim kemenangannya.

Harapan akan reformasi yang dapat merubah perekonomian negara juga terjadi di India. Saham-saham India tercatat menguat lebih dari 1,5 persen mendekati rekor penguatan terbaru.

Saham-saham di Mumbai berhasil terangkat setelah langkah peningkatan batas investasi langsung asing di sektor asuransi digaungkan.

Anggaran pertama dari pemerintah baru India juga nyaris sama dengan target defisit fiskal pada rezim sebelumnya. Pemerintah baru juga berjanji untuk menahan kecenderungan meminjam uang lebih banyak.

Alhasil penjualan obligasi terus menunjukkan peningkatan. "Kami tak melihat adanya peningkatan yang sangat signifikan dari agenda reformasi pemerintah, tapi setidaknya ini memberikan sentimen yang positif," ungkap ahli strategi pasar negara berkembang UBS, Manik Narain. (Sis/Nrm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini