Sukses

Sentimen Pilpres Masih Bayangi Nilai Tukar Rupiah

Sejumlah ekonom menilai, pergerakan nilai tukar rupiah tergantung dari perkembangan dinamika politik.

Liputan6.com, Jakarta - Pemilihan umum presiden (Pilpres) untuk periode 2014-2019 telah usai dilaksanakan pada 9 Juli 2014. Berdasarkan hasil penghitungan cepat sementara, pasangan calon presiden dan wakil presiden (capres-cawapres) Joko Widodo-Jusuf Kalla lebih unggul dibandingkan lawannya Prabowo-Hatta Rajasa.

Kemenangan Jokowi versi quick count ini nampaknya menjadi respons positif bagi para investor mengingat pasca dilaksanakan pemilu, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menunjukkan penguatan.

Namun sayangnya, penguatan itu tidak bertahan lama mengingat nilai tukar rupiah kembali melemah menjelang akhir pekan. Berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia (BI), nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah 78 poin menjadi Rp 11.627 per dolar AS pada Jumat 11 Juli 2014 dari periode Kamis 10 Juli 2014 di kisaran Rp 11.549 per dolar AS.

Melihat fenomena tersebut sejumlah ekonom memperkirakan volatilitas rupiah yang cukup tinggi ini akan lebih sering  terjadi setelah pilpres 2014

"(Pergerakan rupiah) tergantung dinamika, seberapa lama Prabowo akhirnya legowo menerima hasil pilpres," kata pakar ekonomi asal Universitas Gadjah Mada, Tony Prasetyantono saat berbincang dengan Liputan6.com, Sabtu (12/7/2014).

Mengomentari hasil penghitungan cepat yang dilakukan beberapa lembaga survei yang berbeda, Tony mengaku hal itu lah yang menyebabkan masyarakat resah dan juga para pelaku pasar keuangan.

Sementara hal serupa juga diungkapkan Chief Ekonom Bank Mandiri, Destri Damayanti. Destri sedikit menegaskan penguatan rupiah akan kembali terjadi tergantung dari sikap salah satu kandidat capres yang kalah.

"Mestinya akan ada dampak positif (ke rupiah) sepanjang tidak ada kerusuhan dari pihak yang kalah," jelas Destri.

Hingga saat ini dengan adanya perbedaan hasil quick count tersebut yang juga diikuti dengan pengakuan masing-masing para capres yang menyatakan telah diberi mandat oleh masyarakat atau dengan kata lain memenangkan pemilu, hal itu yang mampu memicu terjadinya konflik dalam waktu dekat. (Yas/Ahm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.