Sukses

Ingin Tambah Wirausaha, RI Perlu Tiru Jepang dan Korea

Dari Korea, RI perlu belajar soal pengembangan sumber daya manusia (SDM) dan kemudahan izin berusaha.

Liputan6.com, Jakarta- Dari total pekerja di Indonesia sebanyak 118,17 juta orang, hanya 44,2 juta orang yang sukses menjadi wirausaha. Jumlah itu harus ditingkatkan apalagi Indonesia akan menghadapi persaingan pasar bebas ASEAN pada 2015.

Kehadiran wirausaha sangat penting karena akan mampu meningkatkan daya saing Indonesia di pasar internasional.

Wakil Rektor Universitas Indonesia, Bambang Wibawarta mengungkapkan, untuk terus meningkatkan jumlah wirausaha tersebut, paling tidak Indonesia bisa berguru dari Jepang dan Korea.

Dari Jepang, dijelaskan Bambang, satu hal yang perlu ditiru adalah mengenai konsep wirausaha yang sudah menjadi budaya di Jepang, di mana sistem pendidikan mengajarkan mengenai kemandirian.

"Makanya di Jepang itu tidak sulit kita menemukan perusahaan yang sudah berdiri ratusan tahun. Pabrik kue saja di sana sudah 250 tahun. Jadi transisi itu berjalan sangat panjang dengan mindset yang sama terus dipelihara," katanya dalam seminar 'Strategi Menjadi Wirausaha Unggulan' di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Sabtu (12/7/2014).

Sementara dari Korea, RI perlu belajar soal pengembangan sumber daya manusia (SDM) dan kemudahan izin berusaha. Untuk mengembangkan keahlian SDM, Korea selalu mengirimkan mahasiswanya ke beberapa negara maju untuk belajar.


"Di UI itu setiap tahun ada 600 orang Korea belajar di sana. Semua yang ada di Indonesia dicatat semua sama mereka dan dilaporkan ke pemerintahnya. Jadi saat perusahan Korea yang masuk ke sini, itu akan dapat secara cepat berkembang, Lottemart misalnya, itu tidak lama tapi langsung dikenal kita," paparnya.

Mengenai perizinan usaha, Korea merupakan negara yang menerapkan izin usaha tunggal yang tidak memerlukan berbagai tahapan dan antar lembaga pemerintah.

"Hal ini yang membuat Korea lebih unggul dibanding Jepang. Ini pantas untuk kita kembangkan dan terapkan di Indonesia," pungkas Bambang. (Yas/Ndw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini