Sukses

Bank Terbesar di ASEAN Harus dari Indonesia

Saat ini, bank DBS merupakan perbankan terbesar di ASEAN. Bank asal Singapura ini memiliki total aset sebesar US$ 320,6 miliar.

Liputan6.com, Jakarta - Sebagai salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi dan penduduk terbesar di ASEAN, Indonesia seharusnya mampu memiliki bank paling besar di kawasan regional. Hal tersebut bisa terlaksana jika seluruh bank nasional melakukan konsolidasi.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Chairul Tanjung mengatakan, jumlah bank nasional yang ada saat ini lebih dari 100 bank. Menurutnya, jumlah tersebut terlalu banyak.

Selain itu, jumlah bank yang banyak tersebut tidak diikuti dengan nilai aset yang besar. Oleh sebab itu, diperlukan langkah penggabungan (merger) atau konsolidasi agar skala bank nasional bisa besar.

"PT Bank Mandiri Tbk yang merupakan bank dengan aset terbesar di Indonesia saja hanya masuk urutan ke 11 di ASEAN. Sementara yang diperlukan, kita harus masuk paling tidak menguasai top ten ASEAN supaya bisa bicara di ASEAN Economic Community," terang dia di kantornya, Jakarta, Selasa (15/7/2014).

Chairul menilai, sebenarnya tanpa konsolidasi atau merger, bank nasional mampu bersaing dan mencatatkan urutan 10 bank terbesar di kawasan regional.

Namun yang dibutuhkan oleh Indonesia saat ini sebenarnya tidak hanya masuk ke dalam peringkat tetapi menciptakan bank dengan skala yang besar.

"Kalau Bank Mandiri saja tidak usah di merger pun, akan jadi top 10. Begitupula dengan BRI dan BNI. Masalahnya kan bukan top 10 saja, tapi kan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia paling besar di ASEAN, jadi harusnya bank paling besar itu milik Indonesia bukan Singapura," jelasnya.

Saat ini, bank DBS merupakan perbankan terbesar di ASEAN. Bank asal Singapura ini memiliki total aset sebesar US$ 320,6 miliar. Sementara Bank Mandiri mencatatkan posisi aset senilai Rp 729,48 triliun.

Chairul menilai, tren ke depan setiap negara pasti ingin memiliki perbankan dengan skala aset yang lebih besar. Salah satu cara paling mudah adalah melalui merger, seperti yang dilakukan tiga bank negeri Malaysia.

"Apa yang dilakukan Malaysia lewat CIMB dengan dua institusi keuangan memang mengarah pada sebuah arsitektur perbankan yang besar. Ini sebenarnya tren global, bukan saja di Malaysia, tapi sudah dilakukan di Amerika, Eropa dan sekarang di Asia," ucapnya.

Menurut dia, Indonesia masih memiliki kesempatan untuk melakukan hal yang sama, mengingat ada ratusan perbankan di Indonesia namun masih berskala kecil. Chairul juga mengaku, negara ini tak perlu cemas apabila Malaysia mengambil langkah lebih cepat dalam konsolidasi perbankan.

"Kita nggak ketinggalan dengan mereka kok, nggak usah khawatir. Indonesia pun akan menuju ke arah sana," tukas Chairul. (Fik/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini