Sukses

Subsidi BBM Bikin Ekonomi RI Sulit Tumbuh

pemerintah harus bisa mengurangi subsidi pada bahan bakar minyak (BBM) karena memberatkan Anggaran Pendapatan Belanja Negara.

Liputan6.com, Jakarta - Bank Dunia menilai subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) membuat kondisi fiskal nasional tertekan sehingga pertumbuhan ekonomi tidak akan mencapai 6 persen.

Direktur Bank Dunia untuk Indonesia, Rodrigo A Chaves mengatakan, pemerintah harus  bisa mengurangi subsidi pada bahan bakar minyak (BBM) karena memberatkan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) yang menekan fiskal. Kondisi ini pun akan memperlambat pertumbuhan ekonomi.
 
"Tingginya biaya subsidi energi telah meningkatkan tekanan fiskal, untuk mencapai sasaran jangka panjang, seperti meningkatkan pertumbuhan ekonomi di atas 6 persen masih belum bisa," kata Chaves di Jakarta, Senin (21/7/2014).

Ekonom Utama Bank Dunia Untuk Indonesia Ndiame Diop, mengungkapkan, pemerintah dihantui
risiko difisit fiskal akan semakin besar dengan adanya peningkatan harga minyak dunia dan depresiasi rupiah tehadap dolar.

"Salah satu pilihan sulit adalah mengatasi kerentanan fiskal, depresiasi rupiah dan naiknya harga minyak telah memperbesar defisit fiskal," tuturnya.

Untuk menekan defisit tersebut,  World Bank menyarankan, pemerintah perlu memperbaiki kualitas belanja dan pendapatan, sehingga bisa meningkatkan kepercayaan investor dan menambah kebutuhan pembiayaan  pada level yang sehat.

"Juga memastikan bahwa tambahan kebutuhan pembiayaan bersih pemerintah sebesar 0,7 persen dari PDB akan terpenuhi secara memadai pada paruh kedua tahun 2014," pungkasnya. (Pew/Nrm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini