Sukses

Eksportir Buah Australia Sebut Berbisnis di Indonesia Menyakitkan

Liputan6.com, Sydney - Para eksportir hortikultura Australia mengatakan, penjualan buah-buahan ke Indonesia merupakan kegiatan bisnis yang sangat sulit.

Terpilihnya presiden baru di Indonesia diharapkan dapat membawa perubahan positif pada aktivitas ekspor hortikultura dari Australia.

Mengutip laman Abc.net.au, Kamis (24/7/2014), mengekspor buah dan sayur ke Indonesia merupakan proses yang panjang dan didorong dengan adanya perpanjangan kuota. Tak hanya itu, sistem birokrasi yang rumit juga melibatkan terlalu banyak dokumen dan restu dari pemerintah.

Meski tercatat mengalami banyak hambatan, tapi ekspor buah segar ke Indonesia sebenarnya tumbuh sebesar 40 persen dalam setahun hingga 2013.

Dalam kurun waktu tersebut, Indonesia tercatat mengimpor 24.400 ton buah seharga 46 juta dolar Australia.

CEO BGP Internataional Neil Baker merupakan salah satu eksportir buah yang telah menjual produknya selama lebih dari 20 tahun ke Indonesia. Perusahaannya mengekspor anggur dari Australia, Pakistan, Mesir dan AS ke Indonesia.

"Berbisnis di Indonesia tidak mudah, tapi sekali Anda memahami seluruh peraturannya, semua akan berjalan lebih mudah," jelas dia.

Untuk buah-buah segar yang masuk ke Indonesia, para importir harus mendaftarkan kuota dari pemerintah yaitu 80 persen jika tidak ingin dijatuhi denda. Setiap tahun, para importir harus mendaftarkan kuotanya kembali.

"Memperhatikan seluruh prosedur pemenuhan kuota, melakukan verifikasi pesanan, dan mengecek kesalahan pengisian dokumen merupakan serangkaian kegiatan yang harus dilakukan setiap kali mengekspor buah," kata dia.

Direktur Eksekutif Australian Horticultural Exporters Association, Michelle Christoe mengatakan, sejumlah permasalahan birokrasi tersebut yang harus segera diatasi agar para produsen Australia dapat memanfaatkan pasar Indonesia yang sangat besar.

"Agak menyakitkan berbisnis di Indonesia. Seorang eksportir harus mendapatkan verifikasi pesanan, melakukan inspeksi dan juga mengawasi pembongkaran kapal. Ini benar-benar membutuhkan kordinasi yang baik," tandasnya. (Sis/Nrm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.