Sukses

Bank Mandiri Cetak Laba Rp 9,6 Triliun

Pertumbuhan bunga bersih meningkat karena penyaluran kredit bank dengan aset terbesar di Indonesia juga mengalami pertumbuhan.

Liputan6.com, Jakarta PT Bank Mandiri Tbk membukukan pertumbuhan laba sebesar 15,6 persen menjadi Rp 9,6 triliun di semester I 2014 dari sebelumnya sebesar Rp 8,3 triliun pada semester I 2013. Pertumbuhan laba tersebut ditopang oleh pendapatan bunga bersih dan juga pendapatan jasa.

Direktur Utama Bank Mandiri, Budi Gunadi Sadikin menjelaskan, pendapatan bunga bersih perseroan naik sebesar 17,6 persen menjadi Rp 19,4 triliun. "Sedangkan pertumbuhan pendapatan jasa atau fee based income tumbuh sebesar 11,5 persen menjadi Rp 7,3 triliun," tuturnya, di Jakarta, Kamis (24/7/2014).

Ia melanjutkan, pertumbuhan bunga bersih meningkat karena penyaluran kredit bank dengan aset terbesar di Indonesia juga mengalami pertumbuhan.

Di Juni 2014, kredit Bank Mandiri tercatat sebesar Rp 485,8 triliun, naik 13,3 persen jika dibanding dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp 428 triliun.

Secara sektoral, kredit Bank Mandiri ke sektor produktif tumbuh 14,7 persen menjadi Rp 370,1 triliun dengan pertumbuhan kredit investasi sebesar 11,4 persen dan kredit modal kerja sebesar 16,7 persen.

Sektor kontruksi mencatat akselerasi pertumbuhan sebesar 28,9 persen sementara sektor industri pengolahan menatatkan penyaluran terbesar yaitu Rp 91,9 triliun.

Sementara, untuk dana pihak ketiga (DPK), Bank Mandiri membukukan pertumbuhan 10,7 persen menjadi Rp 555,9 triliun pada Juni 2014 dari Rp 502,4 triliun di Juni 2013.

Menurut Budi, pertumbuhan kredit dan dana pihak ketiga tersebut sudah sejalan dengan rencana bisnis perseroan.

Di awal tahun, Bank Mandiri mentargetkan pertumbuhan kredit sepanjang tahun ini sebesar 15 persen sampai 17 persen.

Sedangkan untuk mengumpulan Dana pihak ketiga, perseroan mentargetkan untuk tahun ini mampu tumbuh 18 persen.

"Tetapi di tengah tahun ini kami menurunkan target pengumpulan dana pihak ketiga menjadi 16 persen," katanya.

Penurunan target tersebut karena memang saat ini kondisi likuditas industri perbankan sedang mengetat sehingga persaingan untuk mengumpulkan dana pihak ketiga cukup ketat.

"Sebenarnya kami mudah menaikkan dana pihak ketiga dengan mengumpulkan dana mahal atau deposito, tetapi hal tersebut akan meningkatkan cost of fund," pungkasnya.(Gdn/Nrm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.