Sukses

Tak Hanya Malaysia Airlines, 5 maskapai Ini Pernah Ditembak

Iran Air dengan nomor penerbangan 655 ditembak jatuh oleh Angkatan Laut Amerika Serikat dengan roket penjelajah dari USS Vincennes.

Liputan6.com, Jakarta - Masyarakat dunia belakangan dihebohkan dengan kejadian ditembak jatuhnya pesawat sipil milik Malaysia Airlines dengan kode penerbangan MH17. Terbang dari Belanda menuju Malaysia, maskapai yang membawa 298 orang ini diduga kuat ditembak jatuh oleh pemberontak Ukraina Pro Rusia di perbatasan Ukraina-Rusia.

Kecelakaan yang memakan korban 298 jiwa ini menjadi salah satu kecelakaan pesawat paling mengerikan dalam sejarah dan menewaskan banyak korban jiwa. Mengingat di wilayah konflik, di tempat jatuhnya pesawat, tubuh korban hanya dibiarkan tergeletak bersama barang-barang bawaan mereka yang sebagian besar hangus terbakar.

Sampai saat ini masing-masing negara memiliki pendapat berbeda mengenai kejadian tersebut. Akibat kecelakaan MH17, saat ini otoritas internasional dituntut untuk melakukan investigasi demi membuktikan siapa sebenarnya dalang dibalik peristiwa naas itu.

Kejadian penembakan maskapai penerbangan sipil yang menimpa maskapai plat merah asal malaysia ini bukan yang pertama kali. Dikutip dari The Richest, setidaknya ada 5 maskapai di dunia yang pernah mengalami hal serupa dan memakan banyak korban jiwa.

Berikut daftar 5 maskapai yang pernah ditembak jatuh seperti yang dikutip Liputan6.com dari The Richest, Sabtu (26/7/2014) :



1. Libyan Arab Airlines (1973)

Libyan Arab Airlines dengan nomor penerbangan 114 dari Tripoli menuju Kairo melalui Benghazi adalah penerbangan rutin yang terjadwal. Namun penerbangan yang membawa 113 penumpang pada 21 Februari 1973 ini gagal sampai ke tujuan.

Terjadinya badai pasir di wilayah udara Mesir bagian utara terpaksa membawa pesawat tidak dapat dikendalikan dan keluar dari jalur penerbangannya. Pesawat dibawa angin menuju ke arah timur. Pesawat sipil tersebut akhirnya terbang di wilayah udara Israel yang sedang konflik.

Dengan rusaknya alat navigasi dan komunikasi akibat badai pasir, Libyan Arab Airlines akhirnya dihampiri pesawat militer Israel F-4 yang maksa maskapai itu untuk mendarat. mencoba merespon gerakan tangan dari pilot F-4 lalu berbelok ke arah barat namun hal itu justru disalah artikan oleh pilot F-4 sebagai tindakan melarikan diri. Melihat hal itu akhirnya F-4 menembakkan pesawat dan akhirnya jatuh dan menewaskan 108 jiwa dari 113 penumpangnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

2. Itavia Flight (1980)


2. Itavia Flight (1980)


Tragedi penerbangan Itavia Flight dengan nomer penerbangan 870 merupakan salah satu tragedi penembakan jatuh maskapai sipil misterius yang hingga saat ini belum dikatehui siapa dalangnya.

Penerbangan komersial Italia yang dioperasikan oleh McDonnell Douglas DC-9-15 ditabrak rudal dan jatuh ke Laut Tyrrhenian antara Ponza dan Ustica dalam penerbangan pendeknya dari Bologna ke Palermo pada tahun 1980. Semua penumpang yang berjumlah 91 orang tewas.

Bencana tersebut menimbulkan banyak investigasi, tindakan hukum, dan tuduhan.  Mereka yang bertanggung jawab atas bencana itu tetap tidak teridentifikasi hingga saat ini, dimana sudah 34 tahun lamanya.

Pemerintah Italia belum mampu untuk merilis laporan akhir atau penjelasan resmi mengenai tragedi itu.

3 dari 5 halaman

3. Korean Air Line (1983)


3. Korean Air Line (1983)

Selang tiga tahun setelah Itavia Flight, dunia internasional kembali dikabarkan terjadinya aksi penembakan ke maskapai sipil asal Korea yaitu Korean Air Line pada tahun 1983. Pesawat dengan nomor penerbangan 007 ini terbang dari New York City menuju Seoul melalui Archange pada 1 September 1983.

Namun nahas, sesampainya di wilayah udara sekitar Laut Jepang, maskapai ini ditembak jatuh oleh militer Uni Soviet menggunakan jet SU-15 dan memaksa KAL 007 jatuh dan menewaskan 269 penumpang dan awak pesawat.

Penembakan itu dilakukan karena KAL 007 ditengarai ditumpangi politikus asal Amerika Serikat Lawrence McDonald.

Akibat aksi ini, kedua negara semakin panas dan memicu ketegangan karena kedua negara saling mengecam.

Akibat kejadian ini, penerbangan yang melalui Moskow diboikot. Perang dingin antara kedua negara ini yang menyebabkan pemikiran dunia internasional mengenai begitu mudahnya nyawa orang tak tak bersalah hilang di tangan ketegangan mereka.

4 dari 5 halaman

4. Iran Air Flight (1988)


4. Iran Air Flight (1988)

Iran Air dengan nomor penerbangan 655 ditembak jatuh oleh Angkatan Laut Amerika Serikat dengan roket penjelajah dari USS Vincennes pada 3 Juli 1988 saat terbang dari Teheran ke Dubai. Pesawat sipil ini sebenarnya telah mengikuti rute udara biasa dan ditembak jatuh di wilayah udara Iran, atas perairan di Teluk Persia.

Dari kejadian tersebut pesawat Airbus B2-203 yang membawa 290 orang ini seketika langsung jatuh dan seluruh penumpangnya dinyatakan meninggal dunia.

Pemerintah AS menyatakan bahwa awak Vincennes mengira Iran Airbus A300 adalah pesawat F-14A Tomcat Fighter yang pada waktu itu hanya dioperasikan oleh Angkatan Laut Amerika Serikat dan Angkatan Udara Republik Islam Iran.

Amerikat hingga tahun 1993 masih belum meminta maaf kepada Iran, namun pada akhirnya kedau negara sepakat setelah AS meminta maaf dan mencanangkan kejadian itu sebagai tragedi kemanusaiaan terburuk pada tahun 1996.

5 dari 5 halaman

5. Siberian Airlines (2001)


5. Siberian Airlines (2001)

Pada tanggal 4 Oktober 2001, Siberia Airlines dengan nomor penerbangan 1812 ditembak jatuh di atas Laut Hitam dalam perjalanan dari Israel ke Rusia. Penerbangan 1812 adalah penerbangan komersial yang membawa sekitar 66 penumpang dan 12 awak. Akibat kejadian itu semua penumpang yang sebagian besar orang Israel dinyatakan tewas.

Interstate Aviation Committee yang berbasis di Moskow melaporkan bahwa kecelakaan itu disebabkan rudal S-200 milik militer Ukraina yang sedang mengadakan latihan. S-200 merupakan salah satu rudal yang meleset dari sasaran sebenarnya yang sudah ditargetkan militer Ukraina.

Ukraina akhirnya mengakui kesalahan fatalnya itu dan pengujian rudal S-300 dan sistem rudal serupa dilarang di negara tersebut selama tujuh tahun.

Presiden Ukraina saat itu, Leonid Kuchma, menerima pengunduran diri Menteri Pertahanannya, Oleksandr Kuzmuk, menyusul pengakuan bahwa militernya yang melakukan kesalahan. (Yas/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini