Sukses

Laju Pertumbuhan Ekonomi RI Paling Lambat Sejak 2009

Faktor seperti larangan ekspor mineral mentah dan gejolak politik di secara signifikan memang mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi RI.

Liputan6.com, Singapura - Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan pemerintah dan Bank Indonesia (BI) akan sulit merealisasikan target pertumbuhan ekonomi yang dipatok 5,5 persen pada akhir tahun ini.

PDB Indonesia hanya tumbuh 5,2 persen pada kuartal satu dan merupakan laju pertumbuhan terendah sejak lima tahun terakhir.

Mengutip laman Financial Times, Rabu (6/8/2014), sejumlah faktor seperti larangan ekspor mineral mentah dan gejolak politik di Tanah Air secara signifikan memang mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Ekonom di Credit Suisse, Singapura, Santitarn Sathirathai mengatakan, para investor menjadi semakin waspada terhadap proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2014.

Kekhawatiran para investor dimulai saat pemilihan legislatif pada April menunjukkan kemungkinan fragmentasi yang luas di DPR.

Selain itu, Joko Widodo yang semula diprediksi dapat menang mutlak dalam pemilihan presiden 2014 ternyata mengalami pertarungan yang sangat ketat untuk menduduki kursi nomor satu di Indonesia.

"Ketidakpastian politik akan menghambat masuknya investasi dan akan menjadi kunci kelemahan ekonomi Indonesia tahun ini," terangnya.

Meski begitu, sebagai negara dengan 250 juta penduduk di mana tingkat konsumsi masyarakat berjumlah 60 persen dari produk domestik bruto (PDB), Indonesia tetap akan menjadi lahan bisnis yang menarik bagi para investor lokal dan asing.

Sementara itu, ekonom OCBC di Singapura Wellian Wiranto menyarankan presiden terpilih nantinya harus mampu meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi.

Sejumlah cara seperti memangkas subsidi BBM hingga mendorong peningkatan kualitas pendidikan dan kesehatan perlu dilakukan pemerintahan baru.

"Ada lebih banyak cara yang bisa dilakukan pemerintah untuk mendorong kontribusi dari investasi langsung asing tapi sejauh ini masih sedikit diskusi ekonomi yang digelar kedua kandidat presiden," ungkapnya.

Kepala Badan Pusat Statistik Suryamin mengatakan, larangan ekspor mineral memiliki dampak yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Selain itu, larangan tersebut juga berdampak pada sektor perdagangan, investasi dan transportasi.

Terlebih lagi, dalam sepuluh tahun terakhir, Indonesia merupakan eksportir mineral mentah terbesar di dunia seperti bauksit dan nikel.

Sejauh ini, dari target pertumbuhan sebesar 5,5 persen yang ditentukan pemerintah, Bank Indonesia memproyeksikan pertumbuhannya masih berkisar di level 5,1 persen-5,5 persen. (Sis/Nrm)

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini