Sukses

Harga Avtur Bikin Banyak Maskapai RI Mati

Lesunya industri penerbangan nasional merupakan proses alam yang tak bisa dihindari sejumlah maskapai.

Liputan6.com, Jakarta - Industri penerbangan nasional saat ini tengah diliputi awan mendung. Pasalnya tiga maskapai penerbangan Indonesia satu persatu rontok di tahun ini akibat guncangan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. 
 
Menurut Komisaris PT Regio Aviasi Industri (RAI), Ilham Habibie, lesunya industri penerbangan nasional merupakan proses alam yang tak bisa dihindari sejumlah maskapai. Sebab bisnis di industri ini selalu bergerak mengikuti pasar antara suplai dan demand.  
 
"Ada beberapa maskapai Indonesia yang kuat dan ada yang tidak secara ekonomi. Itu sebenarnya proses alam, dalam semua industri lain juga begitu. Saat deregulasi, biasanya banyak (maskapai) yang masuk tapi kenyataannya ada yang bisa manage dengan baik dan ada yang tidak," jelas dia di Jakarta, Kamis (7/8/2014).   
 
Apabila kesulitan me-manage perusahaan, Ilham memperkirakan maskapai tersebut akan terpuruk jatuh, mati atau terpaksa dijual ke pihak lain. Itulah fakta yang terjadi dan menimpa maskapai di Indonesia. 
 
Pada tahun ini, tercatat tiga maskapai penerbangan yang keok tergilas persaingan maupun lesunya industri penerbangan nasional. Yakni, PT Merpati Nusantara Airlines (MNA), Sky Aviation dan Mandala Tiger. 
 
"Jadi ketahuan yang kuat siapa dan yang tidak siapa. Mungkin ada yang kurang baik manajemennya, strateginya dan soal mitranya," ucap dia.  
 
Lebih jauh dirinya menjelaskan, struktur biaya operasional yang kerap menjadi beban maskapai adalah biaya bahan bakar avtur. Maskapai penerbangan perlu merogoh uang dalam denominasi dolar AS untuk membeli avtur. 
 
"Ongkos bahan bakar paling dahsyat menimpa maskapai. Itu kan dibayar dalam dolar AS, dan sangat terpukul saat harga minyak dunia naik, dan pelemahan kurs rupiah. Jadi kanan kiri kena, dan bagi maskapai yang sudah lemah bisa langsung gulung tikar," terang dia. (Fik/Nrm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.