Sukses

Rusia Larang Impor Pangan dari Eropa dan AS, Ini Imbasnya Buat RI

"Rusia merupakan pasar besar, dan akibat larangan ini mereka akan mencari pasar impor lain," ujar Wamendag Bau Khrisnamurti.

Liputan6.com, Jakarta - Pernyataan Perdana Menteri Rusia, Dmitry Medvedev terkait larangan impor pangan dari Uni Eropa dan Amerika Serikat (AS) ternyata dapat berpengaruh bagi aktivitas perdagangan di Indonesia.

Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag), Bayu Khrisnamurti mengatakan, pemerintah akan terus mencermati dampak yang bisa ditimbulkan ke Indonesia dari sanksi ekonomi Rusia kepada AS dan Uni Eropa.   

"Pengaruhnya memang tidak besar, tapi kami sedang cermati. Karena baru satu dua hari ini terjadi tapi sudah mulai ada pergerakan di pasar komoditas. Jangan anggap ini sesuatu yang ringan," jelas dia kepada wartawan di kantornya, Jakarta, Jumat (8/8/2014).

Bayu mengaku, ada imbas positif dan negatif dari larangan impor tersebut ke Indonesia. Dampak positifnya, sambung dia, dapat terlihat dari penurunan harga komoditas gandum.

"Rusia merupakan pasar besar dan akibat larangan ini mereka akan mencari pasar impor lain. Dan antara Indonesia dan Rusia sama-sama mengimpor gandum, sehingga dapat memicu terjadinya penurunan harga gandum di dunia. Jadi ini positif buat Indonesia yang impor gandum," terang dia.

Sedangkan dampak negatifnya, tambah Bayu, Rusia akan mencari pasar lain untuk beberapa produk gula dan kedelai dari Brazil. Sebab Rusia tidak melarang importasi dari Amerika Latin. "Dan Indonesia juga mengimpor beberapa produk dari Amerika Latin, jadi ini berdampak ke Indonesia," papar Bayu.

Sebelumnya, Rusia memberikan serangan balasan atas sanksi ekonomi yang diberlakukan oleh AS dan Uni Eropa. Perdana Menteri Rusia, Dmitry Medvedev dengan tegas menyatakan, negaranya melarang segala bentuk impor pangan dari Uni Eropa dan Amerika Serikat (AS).

Tak hanya itu, pihaknya kini tengah mempertimbangkan larangan maskapai AS dan Eropa melintasi wilayahnya untuk menuju kawasan Asia-Pasifik.

Langkah-langkah tersebut diambil sebagai bentuk bentuk pembelasan menghadapi serangkaian sanksi-sanksi ekonomi yang dijatuhkan Uni Eropa dan AS pada Rusia. Sebelumnya, sejumlah sanksi diberikan pada Rusia atas konflik yang terjadi dengan Ukraina.

Pemerintah Rusia selama satu tahun melarang warganya mengimpor daging sapi, babi, ikan, keju, buah-buahan, sayur dan susu dari Australia, Kanada, Uni Eropa, AS, dan Norwegia. (Fik/Ahm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini