Sukses

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun Ini Maksimal 5,5%

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sampai dengan triwulan II 2014 sebesar 5,12 persen.

Liputan6.com, Jakarta - Ekonom memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia sampai akhir tahun maksimal berada di level 5,5 persen. Level tersebut bisa tercapai jika belanja anggaran pemerintah dikebut.

Head of Economic Research Danareksa Research Institute, Purbaya Yudhi Sadewa menjelaskan, pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun ini sedikit melambat karena dipengaruhi oleh dua faktor.

Faktor pertama karena kebijakan moneter yang dijalankan oleh Bank Indonesia (BI) membuat likuiditas ketat. Pengetatan tersebut karena BI menaikkan suku bunga acuan BI Rate sebesar 175 basis poin.

"Kenaikan BI Rate membuat bunga deposito saat ini bisa mencapai 11 persen dan tentu saja pengaruhnya ke bunga kredit yang juga tinggi. Tingginya bunga kredit membuat pengusaha enggan untuk mengambil kredit untuk ekspansi," jelasnya kepada Liputan6.com seperti ditulis, Senin (11/8/2014).

Tak banyak pengusaha atau industri yang melakukan ekspansi bisnis tersebut membuat pertumbuhan ekonomi pun juga sedikit seret.

Faktor kedua adalah belanja fiskal yang direpresentasikan dengan belanja pemerintah tidak maksimal. Menurut Purbaya, dari anggaran yang telah ditetapkan, sampai saat ini belum banyak penyerapan anggaran yang telah dilakukan.

Dengan dua faktor tersebut, Ia memperkirakan pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun ini akan maksimal berada di level 5,5 persen.

"Itu dengan syarat pemerintah yang sekarang dan yang baru nanti bisa bekerja sama mempercepat penyerapan anggaran." tuturnya.

Dengan penyerapan anggaran tersebut, ia memperkirakan dampak pertambahannya kepada pertumbuhan ekonomi di kisaran 0,3 persen hingga 0,4 persen.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sampai dengan triwulan II 2014 sebesar 5,12 persen. dengan pertambahan 0,3 persen hingga 0,4 persen maka sepanjang tahun ini pertumbuhan ekonomi maksimal di level 5,5 persen.

Sedangkan untuk kebijakan moneter, meskipun nanti ada pelonggaran pelonggaran dengan penurunan BI Rate, Purbaya memperkirakan tidak akan berdampak banyak.

"Karena kebijakan moneter dampaknya lambat sehingga tidak akan bisa dinikmati di tahun ini," pungkasnya. (Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini