Sukses

Apa yang Bikin Rupiah Jungkir Balik?

Kurs rupiah kini bergerak di rentang Rp 11.600-Rp 11.700 per dolar AS.

Liputan6.com, Jakarta - Sejak pertengahan tahun lalu, volatilitas nilai tukar rupiah cukup agresif. Sempat menyentuh level Rp 12.000 per dolar Amerika Serikat (AS), kurs rupiah kini bergerak di rentang Rp 11.600-Rp 11.700 per dolar AS. 

 Menurut Pengamat Valas, Farial Anwar, penguatan nilai tukar rupiah masih sangat rentan terhadap kondisi dan situasi ekonomi saat ini. Sementara dari sisi politik, pelaku pasar menyambut positif keputusan Mahkamah Konstitusi yang mengumumkan Presiden dan Wakil Presiden baru Indonesia periode 2014-2019 sehingga kurs rupiah mengalami apresiasi.
 
"Potensi tekanan terhadap rupiah masih tetap besar. Penguatan rupiah paling nggak lama, jadi masih sangat rentan untuk kembali menghadapi pelemahan," ungkap dia kepada Liputan6.com, Jakarta, seperti ditulis Sabttu (23/8/2014). 
 
Farial menjelaskan, pelemahan akan terus menghantui nilai tukar rupiah apabila suplai dolar AS di dalam negeri tak sebanding dengan permintaan yang terus membengkak. 
 
"Gangguan paling krusial datang dari tingginya permintaan dolar AS untuk kebutuhan pembayaran utang, setoran dividen ke induk usaha di luar negeri, bahkan sampai sogok menyogok pun pakai dolar AS. Ini yang menjadi masalah utama," katanya. 
 
Salah satu cara untuk mengatasi persoalan pelik ini, dia menyarankan, agar pemerintah dan Bank Indonesia (BI) menggiatkan pelaksanaan Undang-undang (UU) Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang. Di mana dalam aturan tersebut, pelaku ekonomi wajib bertransaksi menggunakan mata uang rupiah di Indonesia. 
 
"Badan Usaha Milik Negara (BUMN), seperti Pertamina, PLN, Pelindo dan lainnya harus memberi contoh penggunaan mata uang rupiah dalam setiap aktivitas ekonominya, misalnya kontrak proyek, transaksi di Pelabuhan, dan sebagainya. Ini akan mengurangi permintaan dolar AS," imbaunya. 
 
Farial mendesak pemerintahan baru semakin mendorong penggunaan rupiah dalam setiap transaksi di Tanah Air. "Jika itu nggak diterapkan, maka rupiah bisa jungkir balik terus. Sementara eksportir lebih senang memarkir hasil devisanya di Singapura," tegasnya. (Fik/Ndw)
 
Bagi Anda yang ingin mengikuti simulasi tes CPNS dengan sistem CAT online, Anda bisa mengaksesnya di Liputan6.com melalui simulasicat.liputan6.com. Selamat mencoba!
 
 
 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini