Sukses

OJK: Perbankan RI Jangan Cuma Ekspansi ke Singapura & Malaysia

OJK mengimbau agar perbankan nasional mewaspadai rencana kenaikan suku bunga The Fed tahun depan.

Liputan6.com, Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai kondisi perbankan Indonesia masih cukup sehat di tengah pengetatan likuiditas baik dari dalam maupun luar negeri. Oleh karena itu, OJK berharap perbankan nasional dapat lebih agresif untuk memacu ekspansi ke luar negeri.

Ketua Dewan Komisioner OJK, Muliaman D Hadad menyatakan, kinerja perbankan nasional hingga Agustus ini relatif stabil. Hal ini ditandai dari beberapa indikator yang mengalami perbaikan.

"Capital Adequacy Ratio (CAR) masih cukup tinggi di level 19,51 persen atau meningkat dibanding awal tahun yang ada di 18,59 persen. Non Performing Loan (NPL) relatif stabil rata-rata di bawah satu persen, Dana Pihak Ketiga (DPK) bertumbuh, dan Loan to Deposit Ratio (LDR) di level 90,25 persen atau tumbuh 0,05 persen year to date. Angka ini sesuai dengan target," jelas dia dalam Pembukaan Indonesia Banking Expo di JCC, Kamis (28/8/2014).

Muliaman mengaku, bisnis perbankan bergerak melambat hingga perkiraan tutup tahun ini sejalan proses rebalancing atau menuju keseimbangan baru. Sehingga perlu langkah reformasi struktural di sektor jasa keuangan.

"Masih ada optimisme sampai akhir tahun ini meski pertumbuhan kredit 15 persen hingga 16 persen pada 2014," ucapnya.

Di era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang akan mulai pada akhir 2015 dan menyongsong MEA khusus perbankan di 2020, bank-bank nasional perlu meningkatkan daya saing di tingkat regional.

"Sekarang jangan hanya berpikir ekspansi di Singapura dan Malaysia saja, tapi bagaimana bisa beroperasi di Vietnam, Kamboja, Myanmar dan negara lain. Karena delegasi dari negara-negara tersebut terus berdatangan ke sini untuk melakukan studi banding. Jadi kita perlu tawarkan berbagai peluang," papar Muliaman.

Namun demikian, dia mengimbau agar perbankan nasional mewaspadai rencana kenaikan suku bunga The Fed tahun depan. Pasalnya itu akan berdampak terhadap perekonomian negara berkembang, termasuk Indonesia.

"Apalagi setelah keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) mempengaruhi pergerakan pasar domestik. Di mana Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencapai level 5.200 terutama di sektor perdagangan, aneka industri, sektor keuangan," sambungnya.

Kemudian, tambah Muliaman, gerak IHSG kembali berfluktuasi mengikuti perkembangan di regional saat ini. Kondisi serupa dialami nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.

"Kurs rupiah sedikit melemah setelah mengalami penguatan paska pemilihan. Pasar keuangan pun bergerak variatif karena kondisi global, termasuk konflik di Ukraina," pungkasnya. (Fik/Gdn)


*Bagi Anda yang ingin mengikuti simulasi tes CPNS dengan sistem CAT online, Anda bisa mengaksesnya di Liputan6.com melalui simulasicat.liputan6.com. Selamat mencoba!

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini