Sukses

Pasar Menanti Kebijakan Ekonomi Jokowi, Rupiah Galau

Rupiah mencatatkan pelemahan tipis sebesar 1,1 persen sepanjang Agustus. Pada pekan ini, Rupiah juga melemah tipis 0,2 persen

Liputan6.com, Jakarta - Sepanjang Agustus, rupiah mencatatkan pelemahan tipis sebesar 1,1 persen. Terpenuhinya ekspektasi pasar saat Joko Widodo (Jokowi) resmi menjadi presiden terpilih ternyata tak mampu mendongkrak rupiah secara signifikan.

Saat ini para pelaku pasar cenderung masih menanti kebijakan ekonomi seperti apa yang akan diambil Jokowi menghadapi defisit transaksi berjalan dan defisit perdagangan di Tanah Air.

Data valuta asing (valas) Bloomberg, Jumat (29/8/2014), menunjukkan rupiah melemah 0,2 persen pekan ini. Pada perdagangan hari ini rupiah melemah 0,1 persen ke level 11.708 per dolar AS.

Hingga menjelang siang, rupiah tampak berfluktuasi melemah dan berkutat di kisaran 11.707 - 11.727 per dolar AS. Sementara kontrak rupiah di pasar asing Non-Deliverable Forward (NDF) berada di kisaran 11.769 per dolar AS.

Sementara kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia (BI), juga menunjukkan pelemahan rupiah ke level 11.717 per dolar AS.

Pengamat valuta asing PT Bank Mandiri Tbk, Renny Eka Putri mengatakan, para pelaku pasar kini masih cenderung mengambil langkah wait and see akan kebijakan pemerintah baru di tangan Jokowi.

"Pergerakan sepekan ini memang tidak terlalu besar bahkan cenderung datar. Para pelaku pasar tampaknya masih wait and see di tengah masa transisi ke permintahan baru. Pasar kelihatannya masih menanti kepastian politik berupa kebijakan-kebijakan baru yang akan diambil atau dipertahankan presiden terpilih," ujar Renny saat berbincang dengan Liputan6.com.

Senada dengan Renny, dikabarkan Bloomberg, Kepala Riset Fixed Income PT Mandiri Sekuritas, Handy Yunianto mengatakan, defisit transaksi berjalan masih menyebabkan pasar memikirkan banyak pertimbangan. Tak hanya itu, pasar juga masih menanti kebijakan Jokowi dalam menaklukan kasus subsidi BBM yang telah melampui pagu anggaran.

"Beberapa investor juga kemungkinan menunggu kepastian revisi subsidi BBM, yang kemungkinan dilakukan selambat-lambatnya tahun depan," ungkapnya.

Sementara dari faktor fundamental ekonomi, Renny juga melihat para pelaku pasar cenderung menanti data inflasi dan neraca perdagangan yang baru dirilis awal Septermber. Sebaliknya, dari faktor eksternal, dia memandang keputusan stimulus yang belum jelas dari Bank Sentral Eropa dapat membantu penguatan dolar dan melemahkan rupiah.

Hal itu juga dapat menjadi katalis bagi pelemahan rupiah yang tengah terjadi. Hingga akhir bulan, Renny memprediksi rupiah tak akan bergerak signifikan.

"Hingga akhir pekan ini, rupiah masih belum akan bergerak signifikan dan bertengger di kisaran 11.615 hingga 11.698 per dolar AS," tandasnya. (Sis/Ahm)

 

*Bagi Anda yang ingin mengikuti simulasi tes CPNS dengan sistem CAT online, Anda bisa mengaksesnya di Liputan6.com melalui simulasicat.liputan6.com. Selamat mencoba!

 

 

 

 

 

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini