Sukses

Jual Pesawat Kepresidenan, RI Bisa Rugi Dua Kali

Menjual pesawat kepresidenan merupakan pilihan terakhir jika situasi anggaran memang sudah sangat sulit.

Liputan6.com, Jakarta - Demi mengatasi defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan sebagai langkah untuk menghemat anggaran, pemerintahan mendatang diminta menjual pesawat kepresidenan yang sudah dibeli beberapa waktu lalu.

Direktur Eksekutif Indonesia Global Justice (IGJ) Riza Damanik mengatakan opsi untuk menjual pesawat kepresidenan merupakan pilihan terakhir jika situasi anggaran memang sudah sangat sulit. Karena yang menjadi substansi bukan pada penjualannya, melainkan alasan membeli pesawat itu sebelumnya.

"Untuk membeli itu kan butuh uang yang tidak sedikit, tentu harganya akan jatuh kalau dijual. Tapi memang saya melihat tidak ada urgensinya pesawat itu hari ini. Kalau kita lihat pesawat yang ada saat ini sebenarnya cukup memadai untuk mobilitas kepresidenan," ujarnya saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, seperti ditulis Rabu (3/9/2014).

Dia menjelaskan, jika konteksnya untuk mengatasi defisit APBN, maka menjual pesawat kepresidenan tidak memberikan yang signifikansi dalam besaran anggaran untuk 5 tahun ke depan. Tetapi secara logika yang harus didorong yaitu bagaimana pemasukan negara lebih besar dan berkelanjutan.

"Untuk itu perlu ada perubahan pemanfaatan sumber daya alam kita, hilirisasi perlu ditingkatkan. Kalau itu dijalankan akan ada pendapatan yang berkelanjutan. Jadi menjual pesawat itu sah-sah saja, tapi tidak akan memberikan implikasi keberlanjutan pada pendapatan negara. Hanya memberikan solusi sementara saja," jelas dia.

Untuk itu menurut Riza, solusi jangka panjang untuk menekan defisit APBN dan menghemat anggara bisa dilakukan dengan menutup kebocoran pada sektor pajak dan sektor perizinan. Selain itu, juga perlu didorong peningkatan nilai tambah produk-produk yang berasal dari sumber daya alam.

"Kita perlu kurangi impor baik itu energi dan pangan, yang selama ini membebani anggaran kita. Perlu merenegosiasi utang luar negeri supaya tidak membebani APBN. Itu substansi dari beban anggaran kita. Kalau jual pesawat kepresidenan dan harganya murah, maka akan rugi dua kali. Makanya kalau pun harus dijual, itu pilihan yang sulit," tandas dia.

Sekedar informasi, pesawat kepresidenan yang dimiliki Indonesia saat ini merupakan buatan Boeing dengan tipe Business Jet II. Harga pesawat tipe ini sekitar Rp 556,7 miliar.

Namun angka tersebut belum termasuk interior yang menelan anggaran Rp 225,6 miliar dan sistem keamanan yang sebesar Rp 42,7 miliar.

Sehingga secara total biaya pembelian pesawat kepresidenan ini mencapai Rp 864 miliar. Biaya tersebut seluruhnya diambil dari APBN. (Dny/Nrm)

 

 

*Bagi Anda yang ingin mengikuti simulasi tes CPNS dengan sistem CAT online, Anda bisa mengaksesnya di Liputan6.com melalui simulasicat.liputan6.com. Selamat mencoba!

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

  • Pesawat kepresidenan merupakan transportasi yang digunakan pemimpin suatu negara, untuk menuju ke berbagai daerah dan negara.

    pesawat kepresidenan

  • Presiden Jokowi hibur anak-anak dengan atraksi sulap di peringatan Hari Anak Nasional, di Pekanbaru, Riau.
    Joko Widodo merupakan Presiden ke-7 Indonesia yang memenangi Pemilihan Presiden bersama wakilnya Jusuf Kalla pada 2014

    Jokowi

Video Terkini