Sukses

10 Tahun SBY Berkuasa, Defisit Minyak Naik 7 Kali Lipat

Pengamat Ekonomi, Faisal Basri mengharapkan SBY tidak memperburuk keadaan terkait bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi terus gerogoti APBN.

Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah kalangan terus menyuarakan pengurangan subsidi bahan bakar minyak (BBM) yang selama ini menjadi beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Kebijakan penyesuaian harga BBM subsidi pun dinilai menjadi jalan keluar dari persoalan tersebut.

Pengamat Ekonomi, Faisal Basri menganggap subsidi BBM sebagai sebuah penyakit kanker ganas yang harus dimusnahkan. Pasalnya produksi minyak di Indonesia terus menunjukkan penurunan, dan tidak sebanding dengan permintaan atau konsumsi sehingga menyebabkan defisit.

"BBM subsidi ibarat kanker ganas yang sudah menjalar ke seluruh tubuh. Karena cadangan minyak semakin hari terus merosot. Artinya minyak yang dikeruk lebih banyak, tapi sumur-sumur minyak baru susah didapat," ujar Faisal dalam Diskusi Subsidi BBM : Solusi atau Masalah di Jakarta, Minggu (7/9/2014).

Menurut Faisal, produksi minyak Indonesia sudah tercatat di bawah 800 ribu barel per hari, sementara harga minyak mentah terus bergerak naik dan sulit menyentuh di bawah US$ 100 per barel.

Kondisi ini, sambungnya, diperparah dengan meroketnya konsumsi premium selama lima tahun ini dari 19 juta kiloliter (Kl) menjadi 29,3 juta Kl atau naik sekira 10 juta Kl. Sementara konsumsi solar separuh dari premium.

"Antara produksi dan permintaan yang tak seimbang, harus ditutup dengan impor BBM, impor minyak sehingga mengakibatkan defisit pada neraca perdagangan Indonesia sejak 2012," tutur dia.

Faisal menyebut, defisit minyak pada 2004 tercatat US$ 3,8 miliar dan kian membengkak menjadi US$ 27,7 miliar pada 2013. "Jadi selama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) berkuasa, defisit minyak naik 7 kali lipat. Kalau begini terus, ngeri kan. Makanya SBY jangan semakin memperburuk keadaan," ucapnya.

Oleh karena itu, Faisal mengatakan, Indonesia perlu menuju ekonomi berdikari sesuai visi misi Jokowi. Indonesia, sambungnya perlu mempunyai ketahanan energi yang lebih memadai ke depan supaya tak terus menerus tergantung pada negara-negara penghasil minyak terbesar. (Fik/Ahm)

 

*Bagi Anda yang ingin mengikuti simulasi tes CPNS dengan sistem CAT online, Anda bisa mengaksesnya di Liputan6.com melalui simulasicat.liputan6.com. Selamat mencoba!

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini