Sukses

Cerita Bos KAI Sulitnya Minta Penumpang Kereta Tak Naik ke Atap

Ppengalaman Direktur Utama PT KAI, Ignatius Jonan dalam usahanya mensterilkan atap kereta dari para penumpang-penumpang liar.

Liputan6.com, Jakarta - Kondisi PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI saat ini telah jauh lebih baik dari beberapa tahun lalu. Hal itu terbukti dengan semakin baiknya layanan kereta api mulai dari tidak adanya penumpang tanpa karcis hingga bersihnya KA Jabodetabek dari penumpang yang naik di atap kereta.

Ada hal unik yang menjadi pengalaman Direktur Utama PT KAI, Ignatius Jonan dalam usahanya mensterilkan atap kereta dari para penumpang-penumpang liar tersebut.

"Waktu itu saya ke stasiun Bogor jam 4 pagi, saya lihat sekelompok anak naik di atap lalu diturunkan polisi, saya kumpulkan, saya tanya, mereka naik apa diizinin sama orang tua. Jawabannya malah kalau ngomong justru tidak diizinkan. Setelah itu selesai saya nasehati jangan naik atas lagi, akhirnya mereka malah minta foto dan masukin ke facebook. Hari berikutnya ya masih ada lagi," kata Jonan seperti yang ditulis, Sabtu (13/9/2014).

Berbagai hal pernah dilakukan manejemen KAI untuk mensterilkan penumpang di atas atap tersebut mulai dari razia hingga pemasangan cairan warna di setiap stasiun.

Namun seakan hal itu tetap sia-sia mengingat masih adanya para penumpang KA Jabodetabek yang naik di atas atap. Seakan tak kehilangan akal, Jonan akhirnya mencoba membenahi hal itu melalui sisi regulasi.

Dia meminta kepada presiden untuk mengeluarkan peraturan presiden yang berisikan urusan perkeretaapian Jabodetabek berada dalam satu tangan, yaitu PT KAI.

"Waktu Presiden ke Tegal naik kereta, beliau melihat penumpang naik di atap itu sendiri, akhirnya keluarlah perpres itu, jadi tidak ada lagi Departemen Perhubungan atau pihak lain ikut campur, cuma saya saja yang boleh," tegas Jonan.

Dengan berlandaskan perpres tersebut akhirnya Jonan mengubah pola pengelolaan ka jabodetabek dari sebelumnya berlandaskan bisnis, menjadi pengelolaan berlandaskan pelayanan.

Saat itu perjalanan KA Jabodetabek sudah tidak ada lagi kelas-kelas kereta yang digunakan, semua kalangan mulai dari para pejabat hingga masyarakat biasa berada dalam satu kelas, tidak ada kelas ekspress.

"Pelayanan publik tidak boleh ada kelasnya yang sifatnya basic, semua disini kan punya KTP, masak di kelurahan kalau urus KTP ada tulisannya ekspres dan non ekspres, tidak ada. Kalau kereta listrik yang dipakai tiap hari itu tidak boleh ada kelasnya, akhirnya tidak ada yang naik," paparnya.

Sejak hal itulah, Jonan terus meningkatkan kualitas pelayanan kereta terutama untuk Jabodetabek mulai dari sistem ticketing hingga pengadaan kereta-kereta baru.

"Kesalahan pengelolaan kereta dulu itu mereka merasa Kereta itu tidak ada saingannya, itu yang salah, pesawat, kapal laut, itu saingan kita, kalau kita mikir seperti itu pasti tidak berkembang. Kalau mau bersaing brarti ya kita harus tingkatkan pelayanan kita," pungkas orang nomor satu KAI ini. (Yas/Nrm)

 

*Bagi Anda yang ingin mengikuti simulasi tes CPNS dengan sistem CAT online, Anda bisa mengaksesnya di Liputan6.com melalui simulasicat.liputan6.com. Selamat mencoba!

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.