Sukses

Jokowi Diimbau Tiru India Naikkan Harga BBM Bersubsidi

Kepala Ekonom RBS, Vaninder Singh mengungkapkan, presiden terpilih Joko Widodo dapat meniru India menaikkan harga BBM secara bertahap.

Liputan6.com, Jakarta - Perbankan asing ikut menyoroti rencana kebijakan pemerintah baru Joko Widodo (Jokowi) untuk menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Bahkan Indonesia diminta bisa meniru India yang menerapkan penyesuaian harga BBM secara bertahap untuk mengendalikan laju inflasi.

Demikian dikatakan Kepala Ekonom The Royal Bank of Scotland (RBS) Asia Tenggara Vaninder Singh dalam Paparan Prediksi Ekonomi Indonesia 2015 di Jakarta, Selasa (16/9/2014).

Dia optimistis jika Jokowi akan mengambil kebijakan tegas untuk menyesuaikan harga BBM meski bukan tahun ini.  Vaninder memprediksi, Presiden RI ketujuh itu bakal menaikkan harga BBM setelah kuartal I 2015.

"Kalaupun ada kenaikan harga BBM bersubsidi tahun ini paling banyak 10 persen. Padahal idealnya 20 persen. Tapi penyesuaian harga akan lebih maksimal dan diperkirakan setelah kuartal I 2015," terangnya.

Dia berharap, Jokowi dapat mengikuti kebijakan kenaikan harga BBM bersubsidi seperti yang dilakukan India. Negeri Bollywood ini juga mengalami permasalahan yang sama dengan Indonesia sehingga memaksa pemerintah India menaikkan harga secara perlahan.

"Kenaikan harganya dibuat ringan, hanya lima Rupee per bulan selama hampir setahun. Sehingga tidak muncul inflasi parah serta menjaga daya beli masyarakat," jelas Vaninder.

Dia mengaku, permintaan BBM akan melebihi alokasi anggaran sebesar 5,5 persen sehingga pemerintah bakal terus dibebani oleh subsidi BBM yang semakin meningkat. Isu ini mendapat perhatian dari investor yang hendak menanamkan modal di Indonesia lantaran subsidi BBM akan menggerus anggaran negara dan menyebabkan tingginya defisit.

Apabila penyesuaian harga direalisasikan di tahun depan, Vaninder memprediksi inflasi yang ditimbulkan akan berada dalam kisaran normal 0,5 persen-1 persen MoM.

Sedangkan inflasi pada akhir tahun diproyeksikan sekira 5,8 persen dan akan melonjak apabila subsidi BBM dipangkas melalui kenaikan harga. Dengan begitu, perkiraan kenaikan inflasi menjadi 6,5 persen pada 2015.

"Jadi pernyataan Jokowi untuk menghapus subsidi BBM dalam waktu empat tahun menjadi sinyal penting. Karena penyesuaian subsidi harus konsisten sehingga tak menimbulkan gejolak pasar," cetus Vaninder. (Fik/Ahm)

 

*Bagi Anda yang ingin mengikuti simulasi tes CPNS dengan sistem CAT online, Anda bisa mengaksesnya di Liputan6.com melalui simulasicat.liputan6.com. Selamat mencoba!

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini