Sukses

Dampak Kenaikan Harga BBM Bersubsidi Hanya 6 Bulan

Kenaikan BBM mungkin akan memberikan dampak pada kenaikan inflasi sebesar 3 persen hingga 4 persen.

Liputan6.com, Jakarta - Kenaikan harga BBM bersubsidi hingga saat ini masih menjadi topik yang hangat dibicarakan. Meski hampir tidak mungkin kenaikan tersebut dilakukan pada pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), namun pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) diharapkan mempunyai keberanian untuk menaikan harga BBM ini.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi mengatakan pemerintahan mendatang punya alasan yang tepat untuk menaikan harga BBM bersubsidi karena selain menjadi beban APBN, konsumsi BBM yang terus meningkat juga membuat defisit neraca perdagangan semakin berat.

"Trade defisit kita memberatkan, excharge rate kita juga 30 persen menurun, makanya kita dukung sepenuhnya. Kalau tidak berani menaikkan, khawatirnya untuk kebijakan yang lain tidak berani," ujarnya ujarnya dalam konferensi pers di Kantor APINDO, Gedung Permata Kuningan, Jakarta, Selasa (16/9/2014).

Menurut Sofjan, kenaikan BBM bersubsidi mungkin akan memberikan dampak pada kenaikan inflasi sebesar 3 persen hingga 4 persen sehingga sehingga berujung pada kenaikan harga barang-barang hingga mencapai 5 persen. Namun kenaikan ini diyakini hanya bersifat sementara sebelum akhirnya kembali stabil.

"Mungkin kenaikan paling tinggi ada pada bidang logistik dan transportasi yang berimbas pada kenaikan harga barang. Tapi setelah 6 bulan akan turun lagi karena sudah di-adjust, nanti stabil lagi," lanjutnya.

Untuk besaran kenaikan, dia mengungkapkan bahwa yang paling tepat yaitu sebesar Rp 3.000 per liter untuk BBM jenis premium dan Rp 4.000 per liter untuk solar. Kenaikan ini juga harus dilakukan secara langsung dan tidak bertahap agar dampak yang dirasakan oleh masyarakat hanya sekali saja.

Selain menaikan harga BBM Bersubsidi, Sofjan juga meminta pemerintah menaikan tarif listrik bagi masyarakat miskin yang selama ini tidak pernah dinaikan oleh pemerintah. Dengan kenaikan ini juga diharapkan bisa membantu mengurangi anggaran subsidi energi.

"Untuk rumah tangga miskin juga perlu dinaikan, sehingga kita bisa berkompetisi. Karena listrik kita untuk industri termasuk yang mahal. Kalau di negara lain, listrik industri murah dan listrik rumah tangga lebih mahal. Di sini malah sebaliknya," tandas dia. (Dny/Gdn)


*Bagi Anda yang ingin mengikuti simulasi tes CPNS dengan sistem CAT online, Anda bisa mengaksesnya di Liputan6.com melalui simulasicat.liputan6.com. Selamat mencoba!

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.