Sukses

Kabinet Jokowi Tak Sesuai Harapan, IHSG Bisa Jatuh ke Level 4.000

Jika susunan kabinet Jokowi malah kebanyakan dari partai, maka IHSG bisa merosot ke level 4.000.

Liputan6.com, Jakarta - Pelaku pasar tengah menunggu struktur lengkap kabinet Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk periode 2014-2019. Isu kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi pun melengkapi kekhawatiran pasar sehingga dapat memberikan pengaruh terhadap pasar keuangan dan pasar modal Indonesia.

Head of Indonesia Research dari Citi Securities Indonesia, Ferry Wong mengungkapkan, seluruh pihak baik masyarakat, kalangan akademisi, hingga pelaku pasar menunggu formasi kabinet Jokowi beserta nama menterinya.

Terutama untuk Kemeterian strategis seperti Kementerian Keuangan, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kementerian ESDM, Kementerian Transportasi dan lainnya.

"Lagi nunggu formasi kabinet Jokowi untuk Kementerian strategis yang ditaruh nama orang-orang di profesional kah, politik kah, atau teknokrat," ucapnya di Investor Summit 2014 di Jakarta, Kamis (18/9/2014).

Di samping itu, sambung Ferry, pelaku pasar atau investor menyoroti postur anggaran negara yang masih mengalami defisit anggaran. Catatan negatif itu terjadi akibat defisit transaksi berjalan dan defisit neraca perdagangan akibat impor minyak.

Sehingga kebijakan mengurangi subsidi BBM melalui kenaikan harga menjadi krusial untuk menyehatkan fiskal. Pasalnya jika kedua isu ini tak sesuai harapan pelaku pasar, maka akan berdampak terhadap pasar keuangan Indonesia termasuk di industri pasar modal.

"Kalau harga BBM subsidi nggak naik, kabinet Jokowi malah kebanyakan dari partai, maka IHSG bisa merosot ke level 4.000. Pertumbuhan ekonomi pun diperkirakan hanya bisa tertahan di level 5 persen," jelasnya.

Sebaliknya, kata Ferry, IHSG diprediksi menanjak ke level 5.300 pada akhir 2014 dan meroket di penghujung 2015 di angka 5.925 apabila pemerintah dapat merealisasikan kabinet reformasi seperti yang telah disusun Jokowi serta menaikkan harga BBM.

"IHSG saya proyeksikan 5.925 untuk akhir 2015. Sedangkan akhir 2014 di level 5.300. Perlu ada reformasi, perlu kabinet yang bagus, baru indeks naik tinggi," ucapnya.

Dia mengitung, kenaikan harga BBM Rp 1.000 per liter akan memberi penghematan Rp 48 triliun dan Rp 96 triliun untuk penyesuaian harga Rp 2.000 per liter. Ini akan sangat bermanfaat bagi kabinet Jokowi.

"Kabinet reformasi, kenaikan subsidi BBM, dampaknya indeks akan terkoreksi sebentar 2 minggu, impeknya paling satu sampai dua kuartal. Inflasi naik 2,6 persen dan menyentuh 7-8 persen, tapi Bank Indonesia nggak akan menaikkan tingkat suku bunga," pungkas dia. (Fik/Ndw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini