Sukses

BI Minta Kenaikan Harga BBM Jangan Bertahap

Bank Indonesia merekomendasikan ke pemerintahan Jokowi-JK Untuk menaikkan harga BBM secara langsung.

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) menyarankan kepada pemerintah baru di bawah kepemimpinan Joko Widodo-Jusuf Kalla untuk menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) secara langsung dan tidak bertahap.

Kebijakan ini nantinya akan lebih memberikan dampak yang lebih positif secara jangka panjang dan tidak memberikan risiko tinggi bagi fiskal negara.

"Kami merekomendasikan harus ada perubahan sistem subsidi atau pemberian subsidi tetap dan mengenai penyesuaian harga BBM itu harus sekaligus, jangan bertahap," kata Gubernur BI Agus Martowardojo seperti yang ditulis Sabtu (20/9/2014).

Adapun mengenai berapa besaran harga BBM harus mengalami penyesuaian harga, Agus enggan mengungkapkannya dan lebih menyerahkan hal itu kepada pemerintahan Jokowi-JK.

Demi menimbulkan kepastian di pasar keuangan dan dapat segera diantisipasi oleh kalangan industri, Agus berharap pemerintah baru nantinya setelah menjabat harus segera memberikan kepastian kapan harga BBM akan dinaikkan.

"Kalau bicara risiko fiskal, yang menjadi perhatian apakah ada kepastian kenaikan harga BBM atau tidak, karena di APBN tidak boleh lebih dari 46 juta kiloliter (kl), jadi kalau ada keputusan hal itu itu menumbulkan kepastian," paparnya.

Deputi Gubernur Senior BI, Mirza Adityaswara sebelumnya juga menguuslkan kenaikan harga BBM Bersubsidi harus langsung dengan besaran Rp 3.000 per liter.

‎"Kalau BBM naik Rp 1.000 itu tetap saja terjadi inflasi tapi mengatasi defisit anggaran untuk tahun anggara 2015 nya dan defisit current account 2015 lebih kecil. Minyaknya kan begitu, sehingga nanti 2015 perlu dinaikkin lagi Rp 2.000, ya lebih baik langsung dinaikkan sekali Rp 3.000 per liter," kata Mirza.

Kenaikan BBM subsidi sebesar Rp 3.000 per liter tersebut memang akan menimbulkan dampak kenaikan inflasi sekitar 2,5 persen hingga 3,5 persen, sedikit lebih besar ketimbang menaikkan Rp 1.000 per litaer yang‎ hanya akan menimbulkan kenaikan inflasi sekitar 1,2 persen hingga 1,5 persen.

‎Namun dinilai Mirza, hal itu lebih baik dilakukan sekarang mengingat kenaikan berapapun harga BBM akan memiliki respons yang sama dan hal itu akan menjadikan pemerintahan ke depan jauh lebih baik. (Yas/Ndw)

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini