Sukses

Menguntungkan, Ini Rekomendasi Saham untuk Investor

Beberapa saham yang tercatat di papan bursa efek dipercaya masih memiliki prospek yang memberi imbal hasil menarik untuk penanam modal.

Liputan6.com, Jakarta - Kondisi perekonomian Indonesia diprediksi akan sanggup menghadapi rencana penarikan likuiditas (quantitative easing) pada Oktober 2014 dan kenaikan suku bunga acuan oleh Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau  The Federal Reserve di tahun depan.

Hal ini berlaku untuk pasar modal di Tanah Air, di mana beberapa saham yang tercatat di papan bursa efek masih akan menunjukkan kinerja gemilang.

Ekonom dari Universitas Gadjah Mada (UGM) A. Tony Prasetiantono merekomendasikan beberapa saham emiten (perusahaan terbuka) bagi investor. Saham-saham tersebut dipercaya masih memiliki prospek yang memberi imbal hasil menarik untuk penanam modal.

"Saham pilihan pertama pada emiten consumer goods. Indonesia sangat kuat di sektor konsumsi, sehingga consumer goods masih menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi," ujarnya saat berbincang dengan Liputan6.com, Jakarta, seperti ditulis Minggu (21/9/2014).

Kedua, sambung Tony, saham emiten perbankan. Menurutnya, beberapa bank mencatatkan kinerja stabil, bahkan ada perbankan yang membukukan laba besar.

"Kinerja perbankan di Indonesia masih tetap baik walaupun beberapa emiten bank mengalami penurunan profitability," tambah dia.

Sementara saham pilihan ketiga rekomendasi Tony adalah di sektor infrastruktur. Dengan mengoleksi saham emiten semen, baja atau yang berkaitan dengan infrastruktur, investor mempunyai peluang untung lebih besar.

Prediksi ini seiring dengan geliat sektor infrastruktur paska Joko Widodo (Jokowi) menjabat Presiden ke-7. "Infrastruktur akan menggeliat karena saya yakin Pak Jokowi akan berusaha menghemat alokasi subsidi energi dan mengalokasikannya ke infrastruktur," ujarnya.

Dia menghitung, jika Jokowi berani menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi Rp 2.000 per liter di November ini, akan ada penghematan sekira Rp 100 triliun.

Dari dana penghematan, sekira Rp 10 triliun dapat digelontorkan untuk anggaran kompensasi berupa Bantuan Langsung Tunai (BLT), sedangkan sisanya Rp 90 triliun untuk membangun infrastruktur.

"Dengan uang Rp 90 triliun, jumlah yang sangat signifikan untuk infrastruktur. Sehingga emiten yang ada kaitannya dengan infrastruktur seperti emiten semen, baja, dan besi memiliki prospek bagus," tukas Tony. (Fik/Ndw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.