Sukses

1 dari 2 Pengguna Internet RI Bertransaksi Lewat E-Commerce

63,4 persen pembeli online merupakan pekerja kantoran, 21,5 persen dari kalangan pengusaha serta 15,1 persen dari kaum buruh.

Liputan6.com, Jakarta - Transaksi jual beli secara online atau biasa dikenal dengan nama e-commerce menunjukan perkembangan yang cukup signifikan seiring dengan perkembangan internet di Indonesia.

Wakil Menteri Perdagangan, Bayu Krisnamurthi mengatakan, di antara negara-negara anggota ASEAN, Indonesia dinilai sebagai pasar yang paling menarik untuk transaksi e-commerce. Hal ini berdasarkan sebuah studi yang menunjukkan bahwa 1 dari 2 pengguna internet di Indonesia diperkirakan melakukan transaksi online dalam 12 bulan ke depan.

"Ini menunjukkan bahwa pasar Indonesia sangat besar," ujarnya dalam diskusi dengan media di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta Pusat, Selasa (23/9/2014).

Bayu menjelaskan, dalam studi tersebut menunjukkan bahwa 63,4 persen pembeli online merupakan pekerja kantoran atau white collar worker, 21,5 persen dari kalangan pengusaha serta 15,1 persen dari kaum buruh dan tenaga kerja teknikal.

"Ini menunjukkan pasar yang terus berkembang. Bahkan diperkirakan pasar e-commerce di Indonesia pada 2015 akan mencapai US$ 10 miliar dengan pertumbuhan dalam 3-4 tahun mendekati 40 persen," lanjutnya.

Dia mengungkapkan, ketika dirinya melakukan kunjungan ke China pada minggu lalu, di negara tersebut tengah diselenggarakan China ASEAN E-Commerce Summit. Menurutnya, adanya event ini menunjukkan ke depannya pasar e-commerce semakin menentukan dan semakin menjadi cara untuk berdagang bagi dunia usaha pada skala global.

"Kerjasama ASEAN-China lewat e-commerce ini akan mendorong kedua belah pihak bisa bergerak. Produk ASEAN bisa masuk ke China melalui e-commerce dan sebaliknya. Disamping itu, bisnis e-commerce ASEAN juga bisa memanfaatkan peluang yang ada di China," katanya.

Saat ini, pasar e-commerce China sudah berkembang dengan infrastruktur dan fasiltias yang semakin baik. Ntuk mengimbangi hal ini, menurut Bayu, baik Indonesia maupun negara ASEAN lain harus bekerja keras membangun infrastraktur khususnya yang berkaitan dengan regulasi.

"Ini untuk bisa mengejar dan memberikan perlindungan dan kepastian pada para konsumen maupun pelaku usaha di Indonesia. Jadi kita berkejaran dengan waktu. Kerjasama ini baik tapi kita juga harus melihat perkembangan yang terjadi di China dengan e-commerce-nya," jelas Bayu.

Pada 2013, nilai transaksi bisnis e-commerce secara global telah mencapai US$ 1,25 triliun dan pada tahun ini diperkirakan angka tersebut bisa mencapai US$ 1,5 triliun.

"Kita sedang membangun regulasi e-commerce yang intinya adalah agar bisnis ini berkembang dalam arti promoting, di satu sisi juga melindungi konsumen dan melindungi start-up bisnis yang menggunakan e-commerce sebagai basis. Sehingga yang menggunakan transaksi internasional bisa mendapatkan kepastian dan perlindungan," tandas dia. (Dny/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini