Sukses

WTO Pangkas Proyeksi Laju Perdagangan Dunia

Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) memangkas proyeksi pertumbuhan perdagangan global menjadi 3,1 persen tahun ini.

Liputan6.com, New York - Tahun ini berbagai isu menarik mewarnai lika-liku perekonomian dunia, mulai dari konflik geopolitik hingga wabah penyakit. Menanggapi munculnya berbagai faktor tersebut, Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) memangkas proyeksi pertumbuhan perdagangan global menjadi 3,1 persen tahun ini.

Mengutip laman Reuters, Rabu (24/9/2014), angka tersebut turun drastis dari proyeksi pertumbuhan perdagangan dunia pada April sebesar 4,7 persen. WTO mengungkapkan, tahun ini hingga akhir 2015, berbagai isu seperti konflik regional dan Ebola telah menyebar.

Dalam pernyataannya, WTO menyebutkan adanya pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) yang lebih rendah dari prediksi dan permintaan impor yang berkurang pada dua kuartal pertama tahun ini.

Perdagangan global diprediksi tumbuh 4 persen pada 2015. Angka tersebut lebih rendah dari proyeksi 5,3 persen sebelumnya dan masih jauh leih rendah dari angka pertumbuhan perdagangan global dalam 20 tahun terakhir sebesar 5,2 persen.

Sementara itu, berbagai risiko yang akan menghambat perdagangan dunia diantaranya ketegangan geopolitik, konflik regional dan krisis kesehatan dalam bentuk Ebola.

Para ekonom WTO awalnya melihat berbagai kondisi yang dapat mengembalikan penguatan perdagangan global setelah terperosok selama dua tahun. Faktanya, laju pertumbuhan perdagangan dunia justru stagnan di awal 2014 menyusul turunnya permintaan impor di negara-negara berkembang.

Buruknya cuaca di Amerika Serikat dan kenaikan pajak penjualan Jepang juga memberatkan transaksi perdagangan dunia.

Selain itu, kemungkinan memburuknya ketegangan di Ukraina, parahnya konflik di Timur Tengah dan meningkatnya kepanikan menghadapi wabah Ebola di Afrika Barat membuat prediksi WTO meredup.

Sementara itu, sejumlah impor ke beberapa negara di Amerika diprediksi turun 0,7 persen tahun ini. WTO melihat beberapa negara di wilayah tersebut dihantam konflik sipil, lemahnya harga komoditas dan berkurangnya ekspor dari negara-negara Asia.(Sis/Nrm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.