Sukses

500 Ribu Pekerja Industri Tekstil Berpotensi Dirumahkan

Pelaku usaha industri tekstil menghadapi kenaikan biaya produksi sekitar 13 persen sehingga berpotensi merumahkan pekerjanya.

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) menyentuh angka Rp 12 ribu membuat industri tekstil dan produk tekstil (TPT) kelimpungan. Pasalnya rupiah melemah terhadap dolar membuat biaya produksi juga meningkat.

Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Ade Sudrajat mengatakan ongkos produksi meningkat akibat industri harus membayar lebih mahal untuk bahan baku impor. "Kalau rupiah anjlok kan kita tidak bisa apa-apa, cuma bisa pasrah," kata Ade di Jakarta, seperti ditulis Minggu (28/9/2014).

Dia mengungkapkan pelemahan rupiah ini menambah beban bagi industri karena sebelumnya pemerintah juga mengeluarkan kebijakan untuk kenaikan tarif listrik industri secara bertahap. Kedua faktor ini yang membuat industri TPT semakin merugi.

Kenaikan tarif listrik yang sebesar 20 persen membuat biaya produksi naik 8 persen. Namun jika dihitung dari faktor lain termasuk pelemahan rupiah, maka biaya produksi bisa membengkak hingga 13 persen. "Itu mimpi buruk bagi industri TPT," lanjutnya.

Meski demikian, industri TPT menyatakan belum berniat untuk menaikkan harga pada kuartal IV 2014. Hal ini untuk tetap menjaga pangsa pasar domestik yang perlahan mulai tergerus dengan TPT impor.

Ade menjelaskan, akibat rupiah yang terus melemah dan kenaikan tarif listrik, saat ini sebesar 85 persen pasar domestik telah diisi oleh TPT impor . Padahal sebelumnya industri TPT dalam negeri mengusai 65 persen pangsa pasar, tetapi sekarang hanya tersisa 15 persen dan sisanya dikuasai TPT impor.

"Kalau harga dinaikkan siapa yang mau beli, tidak ada yang mau. Mending beli yang impor lebih murah. Jika harga jual naik 2 persen saja pasar tidak mampu, sehingga jadi tidak laku," kata dia.

Untuk mengurangi beban biaya, industri terpaksa melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap pekerjanya. Bahkan hingga akhir tahun ini industri TPT berpotensi merumahkan lebih dari 500 ribu pekerjanya.

"Ini mau tidak mau, tidak ada cara lain. Kita sudah tidak bisa apa-apa kalau rupiah melemah. Cara lain, pemerintah harus mau menurunkan tarif listrik industri," ungkapnya.

Selain itu, jika kondisi terus seperti ini, Ade memperkirakan, produksi TPT merosot hingga 50 persen dan pendapatan dari industri ini berkurang hingga US$ 1 miliar pada 2015. "Kita kalah jauh dengan Vietnam dan Malaysia, beban industri di sana tidak seperti di Indonesia," tandasnya. (Dny/Ahm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini