Sukses

IMF Dorong Negara Maju Terus Bangun Infrastruktur

IMF mengingatkan negara-negara maju untuk segera mendorong laju pertumbuhan infrastruktur guna meningkatkan permintaan dan produksi.

Liputan6.com, New York - Meski perekonomian negara berkembang dinilai lebih rentan terhadap guncangan, tapi negara-negara maju ternyata juga tengah menghadapi penurunan permintaan yang permanen sehingga perekonomiannya pun juga terganggu.

Oleh karena itu, Lembaga keuangan dunia, Dana Moneter Internasional (IMF) pun mengingatkan negara-negara maju untuk segera mendorong laju pertumbuhan infrastruktur guna mendongkrak ekonomi.

Mengutip laman CNBC, Rabu (1/10/2014), menurut IMF, investasi di bidang infrastruktur merupakan salah satu langkah yang dapat mendorong pertumbuhan permintaan barang. Khususnya di zona Eropa yang dinilai masih memiliki perekonomian yang fleksibel dan inflasi yang terlalu rendah meskipun memiliki kebijakan moneter akomodatif.

"Bunga pinjaman masih rendah dan tingkat permintaan masih tergolong lemah di negara-negara berkembang. Selain itu ada juga kendala infrastruktur di banyak negara berkembang dan negara maju," ungkap sejumlah ekonom IMF dalam laporan terbaru IMF World Economic Outlook.

Pengembangan infrastruktur merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan agar negara-negara maju dapat memenuhi permintaan yang ada. Selain itu, pemerintah di negara maju juga dapat mendorong produksinya dalam jangka pendek dan panjang.

Perusahaan konsultasi McKinsey memprediksi adanya kebutuhan investasi infrastruktur hingga US$ 57 triliun hingga 2030 untuk memenuhi proyeksi pertumbuhan perekonomian.

IMF mengungkapkan, serangkaian risiko sistemik pada ekonomi global telah mulai merebak sejak 2006 akibat penurunan nerasa keuangan global.

"Beberapa negara dengan defisit terbesar (AS dan beberapa negara di zona Eropa) dan surplus terbesar (China, Jepang) telah menurun. Sementara surplus neraca berjalan di negara-negara maju masih terbilang sangat besar," ungkap sejumlah ekonom IMF.

Sementara di negara-negara berkembang, defisit transaksi berjalan justru menjadi masalah utama. (Sis/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.