Sukses

Pelaku Pasar Tak Panik Hadapi Keterpurukan Rupiah

Menteri Keuangan, Chatib Basri mengakui, kebijakan bank sentral Amerika Serikat/The Federal Reserve akan berdampak terhadap kurs rupiah.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah dalam hal ini Kementerian Keuangan (Kemenkeu) meminta kepada seluruh pihak, termasuk pelaku pasar untuk bersiap dengan pengetatan likuiditas akibat kebijakan The Federal Reserve. Dengan rencana penyesuaian suku bunga AS, pasar keuangan di Indonesia akan mengalami tekanan hebat termasuk rupiah.

Menteri Keuangan, Chatib Basri mengatakan, volume Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Indonesia saat ini menembus Rp 2.039 triliun atau melonjak dalam 10 tahun terakhir dari jumlah kas negara sebelumnya Rp 300 triliun-Rp 400 triliun.

"Meski defisit selalu di bawah tiga persen di dalam nominal, tapi kebutuhan pembiayaan defisit selalu meningkat. Jadi tantangan ke depan nggak mudah," sambung dia saat ditemui di Kawasan Hutan Srengseng, Jakarta Barat, Rabu (1/10/2014).

Lebih jauh Chatib menilai, Indonesia harus mulai membiasakan dan bersiap menghadapi periode baru ketika The Fed menaikkan tingkat suku bunga acuannya. Kondisi ini akan berpengaruh terhadap nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

"Jika The Fed menaikkan suku bunga lebih cepat dan lebih tinggi dari perkiraan maka ada dampaknya di pasar keuangan. Tapi pasar sudah price in, jadi nggak terkejut lagi kalau rupiah sekarang tembus Rp 12 ribu per dolar AS," terangnya.

Dia menjelaskan, pemerintah sejak awal menaruh asumsi kurs rupiah di level Rp 11.900 per dolar AS sebagai antisipasi hingga sinyal kebijakan Bank Sentral AS dapat terealisasi. Sementara imbal hasil (yield) dari surat utang atau bond mengalami peningkatan selama 10 tahun terakhir menjadi rata-rata 8,4 persen.

"Gejolaknya kurs rupiah akan jatuh luar biasa, ada kekhawatiran besar. Tapi nggak ada kepanikan di pasar karena mereka sudah custom terhadap situasinya," tambah Chatib.

Jika kebijakan normalisasi The Federal Reserve yang diperkirakan pada semester 1-2015 dengan menaikkan tingkat suku bunga akan ke level lebih tinggi, dia bilang, likuiditas akan semakin ketat sehingga muncul kekhawatiran adanya pertarungan kebutuhan pembiayaan dari investor, perbankan.

"Makanya kita turunkan Surat Berharga Negara (SBN) Netto untuk mengurangi risiko crowding out dan defisit lebih kecil. Kalau perlu diversifikasi pembiayaan karena bond kita sudah tinggi 37 persen sepanjang sejarah, salah satunya dengan penerbitan ORI011," tegasnya. (Fik/Ahm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini