Sukses

Kasus Ebola Hingga Pemulihan Ekonomi AS Tekan Bursa Global

Sejumlah faktor membuat bursa saham global tertekan mulai dari pemulihan ekonomi Amerika Serikat, Eropa dan kasus Ebola.

Liputan6.com, New York - Bursa saham global cenderung mengalami tekanan pada perdagangan saham Kamis (2/10/2014) seiring kekhawatiran tentang kekuatan pemulihan ekonomi Amerika Serikat (AS) dan Eropa. Sentimen negatif juga ditambah kasus pertama Ebola di AS.

Di bursa saham Asia, indeks saham Jepang Nikkei 225 melemah 2,6 persen menjadi 15.661,99. Indeks saham Korea Selatan Kospi turun 0,8 persen menjadi 1.976,16. Indeks saham Australia tergelincir 0,7 persen menjadi 5.297,7. Pelemahan indeks saham ini diikuti indeks saham di Asia Tenggara. Salah satunya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 140 poin ke level 5.000.

Sementara itu, bursa saham China dan Hong Kong libur memperingati festival Chung Yeung pada hari ini. Pelemahan di bursa saham Asia juga diikuti oleh bursa saham Eropa. Indeks saham Stoxx Europe 600 turun 0,2 persen menjadi 339,42. Indeks saham FTSE 100 dibuka 0,1 persen menjadi 6.553,42 di awal perdagangan saham.

Sedangkan, indeks saham Jerman DAX tergelincir 0,2 persen menjadi 9.362,32 dan indeks saham Perancis CAC 40 melemah 0,6 persen ke level 4.356,80 di awal perdagangan saham.

Indeks saham futures Amerika Serikat (AS) pada waktu setempat juga masih tertekan menjelang rilis data klaim pengangguran dan order pabrik. Indeks saham Dow Jones futures 14 poin atau 0,1 persen menjadi 16.725. Indeks saham S&P 500 future melemah 0,9 poin menjadi 1.939,90. Sedangkan indeks saham Nasdaq futures melemah 2,75 poin atau 0,23 persen menjadi 3.979,75.

Mengutip laman USNews, Kamis pekan ini, ada sejumlah sentimen yang mempengaruhi bursa saham. Pertama, investor fokus terhadap pertemuan kebijakan bank sentral Eropa.

Presiden bank sentral Eropa Mario Draghi diharapkan dapat memberikan penjelasan mengenai stimulus moneter terutama menyusul data ekonomi baru-baru ini di Eropa.

Selain itu, kasus pertama Ebola di Amerika Serikat menambah tekanan ke bursa saham. "Konfirmasi dari kasus ebola di AS telah menambah ketegangan politik di Ukraina, Hong Kong, dan kekhawatiran pertumbuhan di China dan Eropa menambah tekanan," ujar Niall King, Analis CMC Market.

Sedangkan dari pasar komoditas, harga minyak AS turun US$ 1,06 menjadi US$ 89,65 per barel di New York. (Ahm/)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.