Sukses

Ekonomi Global Melambat Picu Harga Minyak Dunia Tertekan

Harga minyak dunia kembali tertekan seiring permintaan melambat, sedangkan produksi minyak melimpah dan kekhawatiran ekonomi global.

Liputan6.com, New York - Kekhawatiran terhadap permintaan melambat dan penawaran mendorong harga minyak dunia kembali tertekan di awal pekan ini.

Harga minyak Brent turun 69 sen menjadi di kisaran US$ 85,47 per barel. Level terendah harga minyak sempat sentuh kisaran US$ 84,41. Sementara itu, harga minyak mentah AS tergelincir 4 sen menjadi US$ 82,71 per barel.

"Harga minyak Brent hanya pembalikan pada Jumat pekan lalu. Ada tekanan besar karena ketidakpastian atas apa yang akan terjadi pada pertemuan OPEC. Arab Saudi tampaknya bersedia mentolerir harga sekitar US$ 80 jadi saya tidak terkejut jika harga minyak terus tertekan," ujar James William, Ekonom WRTG Economics, seperti dikutip dari Reuters, Selasa (21/10/2104).

Harga minyak dunia telah turun 25 persen sejak Juni karena kekhawatiran pasar jenuh, ditambah prospek ekonomi suram dari Eropa ke China. Pelaku pasar juga menanti rilis data ekonomi China terutama produk domestik bruto (PDB) sebelum mengambil posisi. Pertumbuhan PDB China akan rendah dalam lima tahun.

"Masih ada persepsi kalau sekarang tidak ada benar-benar hebat dalam ekonomi global. Tidak ada juga tanda-tanda produsen minyak mencari cara memotong kembali produksi dalam waktu dekat," kata Phil Flynn, Analis Price Futures Group.

Produksi minyak dihentikan sementara di ladang minyak Saudi-Kuwait Khafji. Ladang minyak memiliki produksi sekitar 200 ribu-300 ribu barel per hari.Namun itu tidak mempengaruhi pasokan minyak dari Arab Saudi karena mampu memproduksi minyak sekitar 12,5 juta barel per hari.

Sentimen negatif yang mempengaruhi harga minyak juga terkait keputusan Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) untuk memangkas produksi. Langkah ini dilakukan untuk mendukung harga minyak. Pertemuan OPEC dilakukan pada 27 November.

Meski demikian, Arab Saudi, Kuwait dan Iran menunjukkan keengganan untuk mengubah kebijakan pasokan. Sementara Venezuela meminta pertemuan luar biasa menjelang 27 November untuk mengatasi harga minyak. Investor juga terus waspada pada setiap gangguan terhadap pasokan minyak dan perkembangan geopolitik. (Ahm/)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.