Sukses

Agar Mampu Bersaing, Jokowi Dituntut Tekan Biaya Logistik RI

Besaran biaya logistik menjadi salah penentu bagi Indonesia dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015.

Liputan6.com, Jakarta - Besaran biaya logistik menjadi salah penentu bagi Indonesia dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015. Penurunan biaya logistik menjadi salah satu pekerjaan rumah bagi pemerintahan baru yang di pimpin Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Staf ahli Bidang Logistic dan Multimoda Perhubungan Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Sugihardjo mengatakan, meski daya saing Indonesia mengalami peningkatan, namun biaya logistik belum juga mengalami penurun hingga saat ini.

"Bicara daya saing kita siangan dengan negara tetangga, logistik performence index kita sekarang 59, tapi biaya logistik kita ini masih 24 persen dari biaya produksi," ujarnya di Hotel Sahid Jaya, Jakarta, Selasa (21/10/2014).

Menurutnya jika dibandingkan, biaya ongkos logistik kapal dengan jarak yang sama di Singapura dan Indonesia sangat jauh berbeda. Jika di Indonesia ongkos logistik dari Tanjung Priok ke Cikarang yang berjarak 55 km sebesar US$ 600 per kontainer. Sedangkan di Singapura dengan jarak yang sama yaitu dari Pasir Gudang ke Tanjung Pelepas hanya US$ 450 per kontainer.

"Bahkan ongkos dari Singapura ke Jakarta lebih murah dibanding biaya angkut logistik dari Padang ke Jakarta. Kalau dari Padang ke Jakarta sebesar US$ 600 per kontainer, sedang dari Singapura ke Jakarta hanya US$ 180 per kontainer," lanjutnya.

Selain itu, selama ini pemerintah dan pihak terkait lebih fokus membenahi transportasi untuk pergerakan orang, bukan pergerakan barang. Padahal pergerakan barang merupakan salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi negara.

"Berbagai pihak lebih konsen pada pergerakan orang, sementara barang kurang perhatian, ahli logistik kurang. Padahal perekonomia negara bergantung pada pergerakan logistik, tapi kalau pergerakan orang hanya masuk kantong kanan dan kiri," kata dia.

Oleh sebab itu, menurut Sugihardjo, Indonesia harus mencontoh China yang meski pada awalnya pertumbuhan ekonomi sangat terbatas, namun ketika sektor logistiknya berjalan dengan baik maka sektor ekonominya juga turut terdorong.

"Yang namanya Cina awalnya ekonomi masih terbatas, awal tahun 2000-an ketika barangnya ada di seluruh dunia, ekonominya langsung meningkat," tandasnya. (Dny/Ndw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.