Sukses

BII Bukukan Laba Sebelum Pajak Rp 478 MIliar

Perolehan laba sebelum pajak BII pada tahun ini mengalami penurunan sebesar 56,47 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Internasional Indonesia Tbk (BII) mencatatkan perolehan laba sebelum pajak sebesar Rp 478 miliar untuk periode Januari hingga September 2014. Perolehan laba sebelum pajak tersebut mengalami penurunan sebesar 56,47 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 1,09 triliun.

Presiden direktur BII, Taswin Zakaria menjelaskan, penyebab penurunan laba sebelum pajak tersebut karena perseroan meningkatkan provisi untuk beberapa nasabah korporasi yang terpengaruh oleh kondisi pasar yang penuh tantangan dan adanya tekanan pada marjin bunga bersih.

"Memperhatikan kondisi pasar operasional saat ini, BII akan tetap berhati-hati dengan terus mencari peluang bagi pertumbuhan berkelanjutan," jelasnya seperti tertulis dalam keterangan tertulis, Rabu (22/10/2014).

Untuk penyaluran kredit, BII membukukan pertumbuhan sebesar 14 persen, (year on year) menjadi Rp 104,6 triliun per 30 September 2014 dari Rp 91,7 triliun per 30 September 2013.

BII telah memutuskan untuk melakukan re-profiling portofolio kreditnya terutama pada segmen Perbankan Global, untuk memastikan distribusi risiko selaras dengan tingkat toleransi risiko Bank (risk appetite).

Fokus Bank pada resegmentasi nasabah telah dilakukan awal tahun ini yang bertujuan untuk lebih fokus pada nasabah korporasi papan atas dan Badan usaha Milik Negara (BUMN).

Resegmentasi nasabah Perbankan Global telah menunjukkan perkembangan yang menggembirakan dan diharapkan dapat menjadi penggerak cash management dan annuity fee business Bank.

Tonggak penting kemitraan Bank dengan dua BUMN baru-baru ini menjadi contoh dari serangkaian kemitraan yang tengah menunggu realisasi.  Hingga hari ini total pembiayaan kepada BUMN telah mencapai Rp 1,5 triliun dan US$ 100 juta.

BII juga mencatat pertumbuhan yang positif di segmen Perbankan Bisnis, yang membukukan kenaikan 21 persen menjadi Rp 38,9 triliun pada September 2014 dari Rp 32,0 triliun pada September 2013. 

Selain dengan keunggulan di Financial Supply Chain Management (FSCM), yang menjadi salah satu kekuatan perseroan dalam menjaring kebutuhan end-to-end dari ekosistem bisnis, Perbankan Bisnis telah menunjukkan traksi yang positif dengan terbentuknya unit baru, pembiayaan mikro. 

Hingga akhir kuartal ketiga 2014, total portofolio pembiayaan mikro telah mencapai Rp 729 miliar dibandingkan Rp 59 miliar tahun lalu. (Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini