Sukses

Sektor Properti Bakal Tergoncang Usai BBM Subsidi Naik

Sektor dengan kinerja jelek usai kenaikan harga BBM antara lain, consumer discretionary, dan properti.

Liputan6.com, Jakarta - PT Bahana Securities melakukan kajian terhadap realisasi kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi selama empat kali sejak 2005-2013. Hasilnya, ada beberapa sektor yang akan menguat dan melemah menjelang dan setelah kebijakan penyesuaian harga diambil.

Survei itu dilakukan dari kebijakan kenaikan harga BBM subsidi di Maret 2005, Oktober 2005, Mei 2008 dan pertengahan Juni 2013.

Kepala Riset Bahana Securities, Harry Su menjelaskan, tiga bulan menjelang kenaikan harga BBM subsidi ada beberapa sektor yang bergerak positif.

"Contohnya sektor minyak dan gas, consumer staples serta telekomunikasi. Biarpun kondisi bergejolak, kita tetap butuh makan dan telepon sehingga ketiga performance sektor ini baik," ungkap dia dalam Diskusi Kinerja dan Outlook 2015 di Jakarta, Rabu (22/10/2014).

Sementara sektor yang melempem pada triwulan sebelum kenaikan harga BBM subsidi adalah sektor consumer discretionary (media, ritel), otomotif, properti dan bank karena sensitif dengan kondisi suku bunga dan inflasi.

Lebih lanjut dirinya menjelaskan, tiga bulan setelah kenaikan harga BBM, kinerja sektor yang menggeliat adalah sektor minyak dan gas, telekomunikasi, costumer staples yang tetap terjaga.

"Sektor perbankan dan otomotif juga rebound paska penyesuaian harga BBM subsidi. Sedangkan sektor dengan kinerja jelek usai kenaikan harga BBM antara lain, consumer discretionary, dan properti sehingga harus lebih hati-hati di sektor ini," tegasnya.

Diakui Harry, saat kenaikan harga BBM subsidi mencapai 96 persen pada 2005, pasar turun sebanyak 6 persen dan recover dalam waktu dua bulan.

Sementara dalam waktu satu bulan ini sebelum penyesuaian harga, lanjutnya, beberapa sektor telah menunjukkan peningkatan kinerja yakni sektor telekomunikasi, consumer staples, perbankan, minyak dan gas, serta infrastruktur. Sedangkan yang kinerjanya di bawah sektor perkebunan dan properti, serta sektor semen, otomotif dan metal menunjukkan kinerja parah.

"Jadi sebenarnya pasar mengerti kalau harga BBM naik tinggi, supaya anggaran subsidi mengecil. Uang penghematannya bisa untuk sektor yang lebih produktif. Jangan ragu buat Pak Jokowi menaikkan harga BBM subsidi," tukas dia. (Fik/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini